REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pancasila merupakan hasil pemikiran para pendiri bangsa yang diperas dari nilai budaya dan ajaran agama. Karena itulah, agama dan Pancasila sepatutnya tidak dipertentangkan. Hal itu disebabkan, agama dan Pancasila itu merupakan satu kesatuan bagi bangsa Indonesia.
Rektor IAIN Palangkaraya Khairil Anwar mengungkapkan, untuk menguatkan pemahaman hubungan antara Pancasila dan agama, masyarakat harus diberikan wawasan kebangsaan, moderasi beragama, dan keteladanan.
"Karena moderasi beragama itu melihat bagaimana Islam yang wasathiyah. Tidak ekstrem kanan yang tekstualis, intoleran atau pun ekstrem kiri yang liberal. Kita tarik orang-orang ekstrem kanan dan ekstrem kiri ini ke tengah dengan diajak berdialog ke pesantren atau lembaga-lembaga pendidikan yang wasathiyah, termasuk ustaz-ustaznya juga,” tutur Khairil di sela-sela Rakernas FKPT di Jakarta, Rabu (19/2).
Ia menyarankan pentingnya penguatan wawasan kebangsaan tentang nilai-nilai Pancasila kepada ustaz dan penceramah yang cenderung tekstualis. “Selain moderasi beragama juga harus diikuti dengan wawasan kebangsaan. Nilai-nilai pancasila harus dibumikan juga ke pesantren-pesantren. Dan yang paling penting sekali adalah keteladanan, baik itu keteladanan pemimpin atau penceramah itu yang sangat diharapkan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan bahwa masyarakat perlu role model yang baik untuk diteladani. Karena inti dari nilai Pancasila adalah keteladanan di masyarakat yang menjunjung karakter kejujuran, karakter sosial dan karakter spiritual.
“Nabi Muhammad sendiri 80 persen dakwahnya bilhal, dakwah dengan keteladanan, dan hanya 20 persen dengan dakwah bil lisan, dengan ceramah. Karena ketika masyarakat melihat perilakunya baik jelas masyarakat akan menerima dan mengikuti. Lalu pemerintah juga harus berperan dengan membuat kebijakan yang tepat seperti memberantas hoaks dan fitnah agar jangan sampai merajalela,” ujar Khairil Anwar.