Jumat 21 Feb 2020 17:03 WIB

Mencapai Target Pengurangan 30 Persen Sampah Jakarta

Sampah terbanyak di Jakarta berasal dari limbah rumah tangga.

Warga beraktivitas memilah sampah ketika berlangsungnya peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2020 yang dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Kampung Hijau Berseri RW 03 Cempaka Putih Timur, Jakarta, Jumat (21/2).
Foto: Republika/Prayogi
Warga beraktivitas memilah sampah ketika berlangsungnya peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2020 yang dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Kampung Hijau Berseri RW 03 Cempaka Putih Timur, Jakarta, Jumat (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Antara

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (LH) menargetkan pengurangan sampah hingga 30 persen di tahun 2020. Melalui berbagai strategi diharapkan rata-rata sampah yang mencapai 7.600 ton per hari dapat berkurang hingga 2.280 ton.

Baca Juga

Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Andono Warih mengatakan, target tersebut tertuang dalam road map pengelolaan sampah yang mengacu pada Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.

Jakstrada merupakan turunan Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstarnas) yang mengacu pada Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

"Kami optimistis bisa mengurangi sampah hingga 30 persen. Target ini bisa tercapai dengan dukungan dan kepedulian seluruh masyarakat serta pemangku kepentingan di Jakarta," ujarnya, dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Jumat (21/2).

Andono menjelaskan, dari total 7.600 ton sampah yang dihasilkan per harinya, sebanyak kurang lebih 61 persen merupakan sampah rumah tangga. Untuk itu, peran masyarakat di lingkungan rumahnya masing-masing sangat dibutuhkan dalam upaya pengelolaan sampah ini.

"Target dari pengelolaan sampah adalah terjadinya keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sampah. Kegiatan yang dilakukan adalah kita melibatkan warga untuk melakukan upaya mulai dari mengurangi sampah, memilah dan mengolah sampah," terangnya.

Ia menambahkan, kolaborasi dalam pengelolaan sampah ini diwujudkan dalam gerakan Kampung Samtama yang merupakan akronim dari Sampah Tanggung Jawab Bersama. Selama ini, kata dia, Gerakan Kampung Samtama ini sudah berjalan dengan baik, terutama di RW 03, Kelurahan Cepaka Putih Timur.

"Pengelolaan sampah dilakukan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan, bisa menjadi contoh bagi wilayah lain di Jakarta," ujarnya.

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi Kampung Hijau Berseri RW 03 Cempaka Putih Timur, Jakarta saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2020, Jumat (21/2).

Sambutan baik terkait pengelolaan dan pemilahan sampah dari masyarakat ini juga mendapat apresiasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies Baswedan menekankan agar seluruh komponen masyarakat di Jakarta sudah memulai untuk mulai mengurangi, memilah, dan mengolah sampah dari tingkat rumah tangga.

Anies mengajak warga Kelurahan Cempaka Putih Timur, yang menjadi pusat penyelenggaraan HSPN 2020 mengingat kembali tragedi sampah yang menjadi awal dicanangkannya HSPN.

Peristiwa 15 tahun silam, terjadi longsor sampah di Leuwigajah, Cimahi tahun 2005. Peristiwa itu merenggut 157 jiwa meninggal dunia, karena dua desa tertimbun gunungan sampah. Dari tragedi itulah, kenang Anies, kemudian diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).  

Anies menyebut peristiwa 15 tahun tersebut harus membawa hikmah untuk perubahan cara berpikir dalam tata kelola sampah. Anies menegaskan, sampah harus dipandang sebagai sisa (residu) hasil aktivitas sehari-hari yang dapat dimanfaatkan kembali.

"Yang harus kita bangun di Jakarta ini adalah perubahan mind set (cara berpikir) bahwa dalam semua kegiatan kita, ada yang kita ambil, ada yang disebut sisa. Residu atau sisa. Sisa itu bisa digunakan kembali. Karena itu, pesan hari ini adalah Kupilah. Ku-nya Kurangi. Pi-nya Pilah. Lah-nya Olah. Kurangi, Pilah, Olah. Reduce, Reuse, Recycle,"   terangnya.

Anies juga menyampaikan target sampah yang mampu dikelola adalah 30 persen di tingkat rumah tangga. Sedangkan 70 persen sisanya, akan diolah melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau dimanfaatkan kembali dengan nilai tambah ekonomis, seperti menjadi energi.

"Jadi, saya berharap di tempat ini nanti menjadi percontohan, biar nanti masyarakat dari berbagai wilayah datang, menyaksikan dari dekat, dan insya Allah nanti bisa menerapkan di tempatnya masing-masing. Kalau kita bisa mengelola sampah ini dengan baik, insyaAllah lingkungan hidup kita menjadi lebih sehat, anak kita, keluarga, dan masyarakat juga tumbuh lebih baik," ungkapnya.

Anies menjelaskan, ekologi dan ekonomi sejatinya dapat berjalan beriringan, lantaran memiliki kata dasar yang sama yaitu oikos atau rumah tangga (lingkungan). Karena itu, Anies menegaskan, harapannya agar perekonomian juga semakin bergerak melalui pemanfaatan tata kelola sampah.

"Saya berharap nantinya Jakarta bebas dari sampah. Tempatnya kita pilah," imbuh Anies. Ia menunjuk sesuai gambar akan ada pemilhan sampah organik, sampah kertas, sampah elektronik, sampah beracun, sampah plastik, sampah logam, sampah residu rumah tangga.

Ini semua adalah sisa-sisa yang harus warga Jakarta pilah dari awal. Ia berharap upaya itu dilaksanakan warga Jakarta, dan mudah-mudahan ini berjalan dengan baik.

"Insya Allah kita bisa ambil hikmahnya dari peristiwa 15 tahun yang lalu, tidak berulang lagi. Dan mudah-mudahan Jakarta bisa menjadi contoh kota modern di dalam pengolahan sampah," harapnya.

photo
Warga beraktivitas memilah sampah ketika berlangsungnya peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2020 yang dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Kampung Hijau Berseri RW 03 Cempaka Putih Timur, Jakarta, Jumat (21/2).

Bukan hanya Jakarta yang memiliki problem dengan sampah rumah tangga. Banyak kota besar lain di Indonesia yang mengalami kondisi serupa.

Indonesia menjadi negara kedua penghasil sampah terbanyak di dunia, setelah China. Diperkirakan pada tahun 2019 Indonesia menghasilkan sampah sekitar 66-67 juta ton atau meningkat tiga juta ton dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 64 juta ton.

Sebagian besar sampah yang dihasilkan berasal dari sampah rumah tangga hingga kegiatan usaha. Diperkirakan hanya 40 hingga 60 persen sampah yang dapat terangkut ke tempat pembuangan akhir, sisanya terbuang sembarangan.

Sampah Jakarta yang terus menumpuk tanpa terolah pada akhirnya menimbulkan solusi baru. Seperti tempat pembuangan sampah yang lebih luas.

PT Jakarta Propertindo (Jakpro) menyebutkan wilayah DKI Jakarta membutuhkan rantai keempat penanganan sampah. Intermediate Treatment Facility (ITF) merupakan rantai keempat dalam kondisi ideal penanganan sampah Jakarta.

Direktur Pengembangan Bisnis PT Jakpro, M Hanief Arie Setianto mengatakan, pada Rabu (19/2), rantai pertama penanganan sampah DKI adalah pemilahan sampah dari sumber, yakni pemilahan di tingkat rumah tangga. Persentase sampah dari rantai pertama meliputi sampah rumah 60,5 persen, sampah dari ruang publik 8,3 persen, sampah pasar 2,8 persen, sampah dari perairan dan kepulauan 2,5 persen dan sampah dari kawasan komersial 25,9 persen.

Rantai kedua, kata Hanief, adalah pengumpulan sampah sesuai kategori, organik, non-organik, serta sampah beresidu. Rantai ketiga adalah pengangkutan atau fleet management sesuai jenis sampah.

"Baru kemudian rantai keempat, yaitu ITF. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu  adalah rantai kelima," katanya.

photo
Infografis Sampah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement