REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus baru HIV-AIDS di Kota Sukabumi masih didominasi lelaki seks lelaki (LSL). Hal ini didasarkan pada data laporan Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Di mana dalam rentang Januari sampai dengan Desember 2019 pada tercatat 169 kasus baru HIV/AIDS. "Kasus baru HIV/AIDS selama setahun pada 2019 sebanyak 169 kasus," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Lulis Delawati, Kamis (20/2).
Namun dari data itu, sekitar 60 hingga 70 persen kasus HIV/AIDS berasal dari luar Kota Sukabumi dan sekitar 30 hingga 40 persen berasal dari Kota Sukabumi. Sebab banyak warga luar Sukabumi yang ditangani dan tercatat di layanan kesehatan Kota Sukabumi.
Angka ini kata Lulis, adalah yang terbanyak secara year on year di Kota Sukabumi sejak 2000. Sebelumnya pada tahun 2018 kasus baru HIV/AIDS sebanyak 144 kasus dan 2017 tercatat 160 kasus baru.
Sehingga jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kota Sukabumi sejak 2000 hingga 2019 berjumlah 1.566 kasus. Meskipun demikian peringkat Kota Sukabumi di Jawa Barat turun dari peringkat ketiga lalu turun jadi kelima dan sekarang Kota Sukabumi peringkat ke sembilan.
Berdasarkan faktor risiko ungkap Lulis pada 2019 yang terbanyak adalah lelaki suka lelaki (LSL) dengan 58 kasus. Indikator inipun dipertegas dengan grafik penemuan kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki dengan 112 kasus dan perempuan sebanyak 57 kasus.
Kementerian Kesehatan lanjut Lulis, menyatakan LGBT adalah masalah kesehatan jiwa. Hal ini memiliki risiko terpapar IMS dan HIV Aids lebih tinggi dan menjadi penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS hususnya LSL atau gay.
Lulis menuturkan, usia produktif dominasi kasus HIV baru pada 2019 yakni usia 25-49 tahun sebanyak 118 orang. Berikutnya usia 20-24 tahun sebanyak 23 orang, usia di atas 50 tahun sebanyak 13 orang, usia 15-19 tahun sebanyak 6 orang, usia 5-14 tahun 6 orang, dan usia di bawah 4 tahun 2 orang.n riga nurul iman