Senin 17 Feb 2020 20:18 WIB

Pengungsi Lebak Berharap Dinkes Buka Posko 24 Jam

Pengungsi Lebak mengeluhkan sulitnya mendapatkan pengobatan.

Pengungsi Lebak Berharap Dinkes Buka Posko 24 Jam. Sejumlah pengungsi saat beraktivitas di hunian sementara (huntara) di Kampung Cogobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengungsi Lebak Berharap Dinkes Buka Posko 24 Jam. Sejumlah pengungsi saat beraktivitas di hunian sementara (huntara) di Kampung Cogobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Warga pengungsi korban banjir bandang di Kampung Susukan Desa Bungur Mekar, Kabupaten Lebak, meminta Dinas Kesehatan setempat membuka posko pengobatan selama 24 jam. "Kami sangat mendambakan posko pengobatan, terlebih warga pengungsi mudah terserang penyakit," kata Kepala Desa Bungur Makmun, Senin (17/2).

Selama ini, masyarakat yang tinggal di pengungsian mengeluhkan kesulitan mendapatkan pengobatan. Mereka jika pergi berobat ke Puskesmas Sajira, lokasinya cukup jauh hingga lima kilometer.

Baca Juga

Bahkan, dirinya bersama beberapa warga pengungsi, termasuk pasien Bagya (27 tahun), terpaksa dilarikan ke RSUD Adjidarmo Rangkasbitung untuk mendapat pengobatan medis. Kebanyakan pasien tersebut, katanya, mengidap penyakit menular, seperti diare, lambung, demam, pegal-pegal hingga infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

"Kami bertindak cepat jika terdapat warga terserang diare dipastikan dilarikan ke RSUD Adjidarmo Rangkasbitung karena penanganannya cukup bagus," ujarnya.

Menurut Makmun, masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian dan hunian sementara (huntara) pascabencana alam kerap terserang penyakit. Warga yang tinggal di tenda pengungsian dan huntara itu sebanyak 46 kepala keluarga atau 152 jiwa. Semuanya telah kehilangan tempat kediaman akibat banjir bandang.

Saat ini, kata Makmun, warganya terserang penyakit menular karena tinggal di tempat tidak layak. Sebelumnya, petugas pos kesehatan terdapat di wilayahnya untuk melayani pengobatan warga yang terdampak bencana alam. Namun, usai berakhirnya masa tanggap darurat, petugas medis kembali ke Puskesmas Sajira.

"Kami mendambakan adanya posko pengobatan selama 24 jam guna mengantisipasi serangan penyakit menular itu," ujarnya.

Jabal (40), seorang keluarga pasien Bagja, mengatakan dirinya merasa lega setelah menengok saudaranya yang dilarikan ke RSUD Adjidarmo Rangkasbitung kondisinya mulai sehat, meski masih lemas akibat banyak buang air besar.

"Kami cukup bahagia melihat Bagya kembali sehat dan sembuh, sehingga bisa kembali berkumpul bersama keluarga," katanya.

Plh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Triyatno Supiyono menginstruksikan kepada petugas Puskesmas Sajira agar membuka posko pengobatan di lokasi tenda pengungsian dan huntara. Posko pengobatan itu untuk mempermudah pelayanan pengobatan jika mereka terserang penyakit menular.

"Kami minta petugas kesehatan secara bergiliran membuka posko kesehatan di lokasi yang terdampak bencana alam itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement