Ahad 16 Feb 2020 15:45 WIB

Ini Alasan Kota Bandung Sering Banjir

Pada 2024 Kota Bandung akan mengalami kekurangan air.

Rep: M. Fauzi Ridwan/ Red: Hiru Muhammad
 Sejumlah warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Jalan Cingised, Arcamanik, Kota Bandung, Ahad (8/2).  (foto : Septianjar Muharam)
Sejumlah warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Jalan Cingised, Arcamanik, Kota Bandung, Ahad (8/2). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tiap hujan berlangsung di Kota Bandung seringkali menyebabkan banjir dan bermunculan genangan air di beberapa lokasi bahkan, banjir seringkali disertai pohon tumbang. Kondisi tersebut sering dikeluhkan warga sebab selain menghambat, banjir, genangan air dan pohon tumbang berpotensi menyebabkan kecelakaan. 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandung, Didi Riswandi mengatakan selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kota Bandung terjadi karena beberapa faktor. Menurutnya, adanya ruang terbuka tanpa pohon khususnya yang berada di hulu (utara) Kota Bandung.

Beberapa faktor lainnya diantaranya adalah banyaknya penggarap di wilayah hulu yang menanam tanaman holtikultura, wilayah yang banyak bangunan namun tidak ada resapan. Selain itu, permasalahan infrastruktur seperti penyempitan sungai dan drainase turut berdampak kepada terjadinya banjir di Bandung.

"Ruang terbuka tanpa pohon khususnya di hulu itu yang membawa sedimen disana. Mau gak mau program menanam harus dicanangkan," ujarnya, Ahad (16/2). Bagi para petani di hulu, pihaknya mendorong agar mereka menanam dengan pola tumpang sari

Menurutnya, tanaman pokok yaitu tanaman keras saat ini harus ada kemudian bisa dilanjutkan dengan tumpang sari. Ia mengatakan, sebelum-sebelumnya tanaman pokok tidak pernah ditanam dibagian hulu.

Langkah selanjutnya untuk meminimalisasi banjir yaitu menciptakan kolam kolam retensi di daerah aliran sungai. Untuk di wilayah daerah terbangun namun tanpa ada wilayah resapan dibuat drumpori, berupa drum yang ditanam ke dalam tanah untuk menyerap air yang ditangani Dinas Pertamanan. "Gerakan drumpori baru sedikit, baru sekitar 1,000 drumpori, sementara jumlah RT ada 7,000 dikali masing-masing 50 mencapai 40 ribu drumpori yang dibutuhkan," katanya.

Ia mengatakan, kondisi infrastruktur turut berpengaruh terhadap banjir yang terjadi. Namun, penyelesaian banjir dengan pendekatan infrastruktur tidak akan menuntaskan masalah banjir. Menurutnya penyelesaian banjir harus tuntas dari hulu ke hilir.  

Apabila tidak segera diatasi kemungkinan pada 2024 Kota Bandung akan mengalami kekurangan air. Sebab air yang seharusnya meresap ke dalam tanah mengalir ke arah sungai. Hal tersebut dianggap kritis sedangkan disatu sisi kesadaran masyarakat terhadap resapan air belum terbangun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement