Jumat 14 Feb 2020 21:28 WIB

Petani Bambu di Lebak Kehilangan Pendapatan Akibat Banjir

Sejumlah petani bambu di Kabupaten Lebak kehilangan pendapatan akibat banjir

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pohon bambu. Sejumlah petani bambu di Kabupaten Lebak kehilangan pendapatan akibat banjir. Ilustrasi.
Foto: pixabay
Pohon bambu. Sejumlah petani bambu di Kabupaten Lebak kehilangan pendapatan akibat banjir. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK - Sejumlah petani bambu di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kehilangan pendapatan ekonomi akibat diterjang banjir bandang dan longsor yang melanda awal tahun ini. Salah satu petani bambu tersebut adalah Alamat.

"Kami merasa bingung karena perkebunan bambu hanyut diterjang banjir bandang," kata petani bambu yang juga pengungsi korban bencana banjir bandang itu di Kampung Seupang Kabupaten Lebak, Jumat (14/2).

Baca Juga

Ia menjelaskan sebagian besar warga Kampung Seupang Desa Pajagan, Kecamatan Sajira berpenghasilan dari perkebunan bambu. Masyarakat mengembangkan perkebunan bambu di bantaran aliran Sungai Ciberangkarena karena selain tumbuh subur juga bisa menahan erosi.

Produksi bambu itu setiap hari dipasok ke sejumlah daerah di Banten, DKI Jakarta, hingga Jawa Barat. Namun, kata dia, saat ini perkebunan bambu milik masyarakat hilang diterjang banjir bandang dan longsor.

"Kami kehilangan pendapatan Rp 7 juta per bulan dari perkebunan bambu sebanyak 10 dapur atau rumpon itu," katanya.

Menurut Alamat, masyarakat Kampung Seupang menanam perkebunan bambu itu hingga lima sampai 10 hektare. Selama ini ekonomi masyarakat yang terdampak banjir bandang itu ditopang dari tanaman bambu.

Petani bambu lainnya bernama Darma yang juga warga Seupang mengatakan dirinya kini menganggur akibat perkebunan bambu rusak berat dan hanyut diterjang banjir. Biasanya perkebunan bambu miliknya seluas lima dapur menghasilkan Rp 4 juta per bulan. Tetapi kini tidak menghasilkan pendapatan sama sekali.

"Kami merasa kebingungan dengan kehilangan perkebunan bambu itu," kata pria 45 tahun itu

Ia menyebut bambu di wilayahnya ditampung tengkulak dengan tergantung ukuran berkisar antara Rp 4.000 sampai Rp 5.000 per batang. "Kami menerima dengan pasrah perkebunan bambu itu diterjang banjir dan tidak bisa ditanam kembali karena masuk genangan proyek Waduk Karian," kata Darma.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rulli Yanrilla mengatakan saat ini petani yang mengembangkan perkebunan bambu cukup banyak dan menjadi mata pencaharian.

Perkebunan bambu itu hampir sebagian besar tumbuh antara lain di Kecamatan Sajira, Cipanas, Muncang, Rangkasbitung, dan Cileles. "Kami menerima laporan bahwa di perkebunan bambu juga terjadi kerusakan dan hanyut akibat banjir bandang itu namun jumlah arealnya relatif kecil," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement