Kamis 13 Feb 2020 23:03 WIB

Stasiun MRT Fase II Terintegrasi Halte Transjakarta

Stasiun MRT Fase II dikembangkan di kawasan Thamrin hingga Kota Tua.

Seluruh stasiun MRT Jakarta Fase II akan terintegrasi dengan halte Transjakarta (Foto: stasiun MRT)
Foto: Republika/Prayogi
Seluruh stasiun MRT Jakarta Fase II akan terintegrasi dengan halte Transjakarta (Foto: stasiun MRT)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh stasiun MRT Jakarta Fase II akan terintegrasi dengan halte Transjakarta. Hal ini untuk memudahkan mobilitas masyarakat, sekaligus mendorong lebih banyak lagi mengangkut penumpang.

"Untuk stasiun Fase II ini akan semua diintegrasikan dengan halte Transjakarta," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) saat kunjungan ke Redaksi Kantor Berita Antara, Jakarta, Kamis (13/2).

Baca Juga

Integrasi tersebut sudah dimulai di Fase I, yakni di Stasiun Bundaran HI dan Stasiun Asean yang saat ini tengah dilakukan integrasi. Selain integrasi antarmoda, William mengatakan dalam pembangunan konstruksi Fase II juga akan sekaligus dibangun Kawasan Berorientasi Transit (TOD). TOD tersebut untuk tahap awal di Fase II, di antaranya Thamrin, Harmoni, dan Kota Tua.

"Fase I di Dukuh Atas, Istora, Senayan, Blok M, Fatmawati, dan Lebak Bulus. Fase II mengembangkan berbagai kawasan seperti Thamrin kemudian Harmoni, Kota Tua yang akan kita lihat karena cagar budaya dan pusat wisata yang bisa diintegrasikan," katanya.

Untuk pembangunan TOD MRT Jakarta Fase II, William menuturkan pihaknya juga akan mengajukan permohonan untuk menjadi pengelola kawasan tersebut seperti di Fase I. Namun hingga saat ini Pemprov DKI belum juga menerbitkan Panduan Rancang Kota (PRK) sebagai payung hukum dan memulai pembangunan tersebut.

Secara keseluruhan, terdapat 10 stasiun di lintasan MRT Jakarta Fase II, mulai dari Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Mangga Dua, dan Ancol yang juga akan dibangun depo. Ia menuturkan, pembangunan proyek MRT Jakarta Fase II ini memakan biaya dua kali lipat dari Fase I yakni Rp 22,5 triliun.

Fasilitas ini seluruhnya akan dibangun di bawah tanah (underground). Selain itu juga akan dibangun melintasi situs bersejarah (heritage) dan akan menembus di bawah sungai mencapai 30 meter dari permukaan tanah.

"Kesiapannya memakan waktu proses, desain tidak mudah, banyak jalur penting ada Monas dan Istana Kepresidenan, masuk ke Ciliwung, secara konstruksi ini menantang bangunan seluruhnya di bawah tanah, bahkan di bawah sungai," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement