Kamis 13 Feb 2020 09:52 WIB

Agama Musuh Pancasila dan Klarifikasi Yudian

Menempatkan agama berhadap-hadapan dengan Pancasila merupakan kesalahan.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi (kiri) didampingi istri, menerima ucapan selamat dari Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri (kanan) seusai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (ilustrasi)
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi (kiri) didampingi istri, menerima ucapan selamat dari Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri (kanan) seusai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi tentang agama sebagai musuh terbesar Pancasila menuai kritikan. Dalam wawancara dengan salah satu media daring, Yudian menuturkan, musuh terbesar Pancasila adalah agama.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily menilai, pandangan Kepala BPIP yang baru itu tidak tepat. "Menurut saya, tidak tepat. Justru, menempatkan agama dalam perspektif yang berhadap-hadapan dengan Pancasila merupakan kesalahan dan tidak pada tempatnya," tutur Ace Hasan kepada Republika, Rabu (12/2).

Baca Juga

Ace menambahkan, dengan prespektif itu menempatkan agama sama dengan pihak-pihak yang membenturkan agama dengan Pancasila. Menurut dia, Kepala BPIP menempatkan agama dalam pengertian yang sempit dan terbatas.

Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR Fahira Idris juga menyayangkan pernyataan Kepala BPIP. Menurut Fahira, relasi antara agama-agama yang ada di Indonesia dan Pancasila sudah selesai saat para pendiri bangsa ini menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. “Justru, musuh terbesar Pancasila adalah orang-orang yang mempertentangkan agama dengan Pancasila,” ujar Fahira.

Sementara itu, Sekjen MUI KH Anwar Abbas menilai pernyataan Kepala BPIP justru mengancam eksistensi Pancasila itu sendiri. Sebab, dalam sila-sila Pancasila sudah tegas memasukkan nilai agama pada sila pertama. "Lalu sila pertama dari Pancasila tersebut mau dikemanakan. Dibuang? Kalau dibuang, berarti tidak Pancasila lagi dan berarti negara ini bubar," katanya menegaskan.

MUI menyarankan Presiden Joko Widodo memberhentikan secara tidak hormat Kepala BPIP Yudian Wahyudi dari jabatannya. Buya Anwar mengatakan, Yudian pantas dipecat karena pemikiran dan pemahamannya tentang Pancasila akan mengancam eksistensi negara. "Karena, bagaimana bisa seorang kepala BPIP punya pemahaman seperti itu," ujarnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberi sejumlah saran bagi Kepala BPIP dalam berpendapat. Terlebih, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu sudah menjadi pejabat publik. "Pertama, kepada para pejabat, apalagi kalau pejabat baru, harus mau belajar, menjadi pejabat itu mengurus urusan publik yang luas, perlu saksama dalam berkata dan membuat pernyataan agar tidak keliru," kata Haedar, Rabu.

Kedua, secara substansi, agama positif untuk Pancasila, malah dalam Pancasila ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Lalu, dalam UUD 45 Pasal 29 agama diakui, bahkan Bung Karno mengatakan Indonesia dan negara Indonesia ber-Tuhan dan harus ber-Tuhan. "Itu kata Bung Karno, kalau tidak percaya, dibuka lagi," ujar Haedar.

Ketiga, jika ditemukan ada salah pandang soal agama yang negatif terhadap Pancasila, salah pandang dapat terjadi pula terhadap Pancasila yang negatif terhadap agama. Padahal, salah paham mungkin saja terjadi, tapi itu sedikit. Hal yang merugikan, salah pandang terhadap agama menimbulkan salah paham kepada Pancasila. Sebaliknya, salah pandang terhadap Pancasila, tentu sangat bisa merugikan agama.

Keempat, kalau agama yang hidup di NKRI dipertentangkan dengan Pancasila yang merupakan ideologi negara dan sebaliknya, yang muncul tidak lain adalah konflik. Di sini, ia menekankan, perlu kearifan. "Jadi, jangan mempertentangkan Pancasila dengan agama, dan sebaliknya jangan mempertentangkan agama dengan Pancasila," kata Haedar.

Terpisah, Yudian sendiri menjelaskan maksud pernyataannya bukan terkait agama secara keseluruhan, melainkan mereka yang mempertentangkan agama dengan Pancasila. Yudian mengeklaim, ada kelompok minoritas dalam agama yang mengaku mayoritas yang membenturkan agama dan Pancasila. Hal inilah yang ia maksud sebagai agama musuh Pancasila.

Yudian berpendapat, hubungan Pancasila dengan agama harus dikelola dengan baik. Ia menilai, yang paling bertanggung jawab untuk menahan diri, yaitu mayoritas. "Jadi, saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu, semua ada di dalam Alquran dan juga hadis. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," ujarnya.

Kepala BPIP mengkritik orang beragama yang menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebenarnya minoritas. Jika ini dibiarkan, berarti agama akan menjadi musuh terbesar. N ali mansur/mabruroh/ali yusuf/wahyu suryana, ed: agus raharjo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement