REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PAN terpilih Zulkifli Hasan diprediksi bakal membawa arah politik PAN ke koalisi pemerintahan. Namun, untuk menentukan arah politik PAN, pria yang kerap disapa Zulhas itu tetap harus merangkul seluruh konstituen PAN, termasuk para pendukung pesaingnya, Mulfachri Harahap.
"Kita tahu kalau Zulhas inginnya merapat kekuasaan. Ingin merapat ke pemerintah. Apalagi di oposisi hanya ada PKS. Tak ada kawannya di oposisi," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin pada Republika, Rabu (12/2).
Menurut Ujang, Zulhas tak bisa bergerak sendiri dalam menentukan arah politik PAN. Zulhas tetap harus merangkul Amien Rais dan calon-calon lain yang kalah, terutama Mulfachri Harahap yang masih memiliki pengaruh Amien Rais dan massa pendukungnya.
"Zulhas tak boleh juga main sendiri di PAN. Tetap harus konsultasi dengan pengurus dan kader lain dalam menentukan kebijakan partai. Jika PAN masih ingin solid, maka Zulhas harus mampu merangkul Amien Rais dan para pendukungnya juga," ujar Ujang Komarudin.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar itu menilai, sejauh ini sikap politik PAN masih tergolong tanggung-tanggung. Bukan tidak mungkin, kata dia, PAN akan bermain di tengah.
Di satu sisi, PAN tak mau terus terang merapat ke penguasa untuk mengakomodasi konstituen yang menginginkan oposisi. "Masih akan cari aman. Mengkritik pemerintah tak akan berani. Dan menjadi oposisi pun tak mau," ujar Ujang.
Namun, lanjut Ujang, tidak mengherankan pula bila nantinya PAN di tengah periode kepemimpinan Zulhas kemudian masuk ke koalisi Jokowi. Karena pada 2014 yang lalu, PAN mendukung Prabowo-Hatta Radjasa. Tapi di tengah jalan, PAN masuk koalisi Jokowi-JK sebelum akhirnya keluar koalisi.
Kongres PAN menghasilkan Zulhas terpilih kembali menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2020-2025. Wakil Ketua MPR itu berhasil mendapatkan 331 suara dalam Kongres di Kendari, Sulawesi Tenggara yang sempat diwarnai kericuhan.
Ia berhasil mengalahkan pesaing utamanya, yakni Mulfachri Harahap yang berada di posisi kedua dengan perolehan 225 suara. Sedangkan Drajad Wibowo harus puas di peringkat ketiga, setelah hanya meraup enam suara. Tiga suara dinyatakan tidak sah.
Dari total 590 pemilih, hanya 565 yang menggunakan hak suaranya dalam Kongres V PAN. Adapun 25 pemilik suara tak memilih, karena 22 di antaranya yakni DPD yang kepengurusannya bermasalah dibekukan oleh Steering Comittee (SC). Sementara tiga lainnya, diketahui tak ikut mencoblos.