Selasa 11 Feb 2020 18:59 WIB

Pakar Imbau Panitia Formula E Buat Desain Lokasi Alternatif

Ada baiknya mencari lokasi yang tidak bongkar pasang jalanan

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Fernan Rahadi
Direktur Utama Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) Winarto menjelaskan rencana rute sirkuit yang disiapkan untuk balap mobil Formula E di kompleks GBK, Senayan, jakarta, Selasa (11/2/2020).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Direktur Utama Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) Winarto menjelaskan rencana rute sirkuit yang disiapkan untuk balap mobil Formula E di kompleks GBK, Senayan, jakarta, Selasa (11/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Hajatan Formula E masih menuai polemik. Direktur Utama Gelora Bung Karno (GBK), Winarto mengatakan pihaknya tetap siap menggelar Formula E, walaupun penyelenggara lebih memilih Monumen Nasional (Monas) sebagai sirkuit balapan. Pengelola GBK juga sudah menyiapkan desain rute untuk ajang balap Formula E.

Sebelumnya, balapan Formula E di kawasan Monas sempat dilarang oleh Kementerian Sekretaris Negara sebagai Ketua Komisi Pengarah berdasarkan Keppres 25 tahun 1995 tentang pengelolaan Kawasan Medan Merdeka. Namun belakangan, Komisi Pengawas justru kembali mengizinkan kawasan Medan Merdeka menjadi lokasi balapan mobil Formula E tahun 2020 dengan sejumlah syarat, yaitu harus berkoordinasi dengan pihak terkait dan menjaga kelestarian pohon kawasan tersebut serta harus sesuai dengan UU Cagar Budaya.

Pakar perkotaan menyarankan DKI untuk memiliki beberapa alternatif lokasi penyelenggaraan agar tidak terkesan memaksakan diri. "Saya menyarankan panitia pelaksana membuat beberapa desain lokasi alternatif. Mulai dari Ancol, Kemayoran, Sudirman, Gelora Bung Karno, atau bahkan jika sangat terpaksa desain di Kawasan Medan Merdeka. Sehingga alternatif dengan resiko terkecil akan menjadi pilihan utama.” Ujar pengamat tata kota, Yayat Supriatna, Selasa (11/2).

Yayat menjelaskan bahwa cukup banyak risiko dan pertimbangan jika harus menggunakan Kawasan Monas. "Jika pilihannya harus Monas, sebenarnya dasar pertimbangannya apa? Apakah sekadar ikon Indonesia atau Jakarta? Atau apakah pilihan ini rasional jika kita ingin menyelenggarakan suatu event yng sebenarnya lebih mengarah pada pesan olahraga dan ramah lingkungan," lanjutnya.

Untuk itu, pakar tata kota ini  lebih menyarankan Pemerintah DKI Jakarta mencari lokasi yang mendukung tujuan terselenggaranya event internasional tersebut. “Apalagi kalau kontraknya ternyata memang lima tahun. Maka ada baiknya cari lokasi yang tepat. Tidak bongkar pasang jalanan untuk jadi sirkuit akan lebih baik. Kalau lokasinya di Medan Merdeka sudah pasti harus bongkar pasang karena itu cagar budaya," ujar Yayat.

Lebih jauh Yayat menilai bahwa sebenarnya Jakarta memiliki lokasi yang terbaik untuk formula E. Lokasi itu adalah Kemayoran yang memiliki jalur eks landasan pacu di jalan Benyamin Sueb. Selain kawasannya sangat memadai, fasilitas-fasilitas penunjang juga lengkap, termasuk untuk penginapan para pembalap berserta officialnya.

“Lokasi kemayoran itu sangat ideal dan lengkap. Bahkan sekaligus memiliki tempat pameran mobil jika ada pameran mobil listrik. Tempat parkirnya luas,  tempat podium yg memadai, lokasi yang aman, dan tidak mengganggu kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Untuk kenyamanan juga tersedia hutan kota, lapangan golf, bahkan apartemen eks Asian Games yang bisa dimanfaatkan”, ujar Yayat.

Selain itu, jika memang serius untuk menjadikan event ini sebagai sarana promosi Jakarta, Yayat berpendapat Kemayoran sangat potensial dipromosikan untuk menjadi pusat kegiatan olahraga baru di Jakarta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement