REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan kemungkinan warga Jakarta diobservasi untuk mendeteksi terdampak virus corona (2019-nCoV) di Natuna, Kepulauan Riau. Tapi sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi soal kemungkinan itu.
"Belum ada pemberitahuan resmi. Saya berandai-andai ada, karena sebegitu banyaknya (yang diobservasi), terlebih orang Jakarta kan mobilitasnya tinggi, ada yang beasiswa, yang kerja, kan tidak tertutup kemungkinan ada," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Senin (10/2).
Widyastuti mengatakan kemungkinan tersebut ada karena selain dari 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China, di fasilitas observasi juga ada petugas medis hingga petugas Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang kemungkinan juga warga Jakarta. "Saya berpikir logika aja pasti ada karena ada masyarakat. Ada juga petugas. Kami siap saja nanti setelah observasi di lapangan dan dikembalikan," ujar dia.
Hal utamanya, kata Widyastuti, DKI tetap siaga dan siap menerima apabila ada warga yang turut diobservasi di Natuna. "Kami selalu berkoordinasi dengan Kemenkes, kita siapkan prakondisi. Artinya komunikasi risikonya seandainya benar ada warga DKI yang masuk observasi di Natuna," kata dia.
Bentuk kesiapannya, kata Widyastuti, adalah pengondisian agar jangan sampai warga berlebihan menilai para warga yang diobservasi. Termasuk jangan sampai ada penolakan.
"Risiko ini kan harus kita pikirkan, jangan sampai mungkin seperti beberapa apartemen yang sudah heboh walau belum terbukti. Itu termasuk bagian yang harus kita kondisikan dengan baik," katanya.
"Tetap waspada tanpa harus mendiskriminasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tidak seharusnya terjadi," katanya.
Dinkes DKI Jakarta masih menunggu data dari kementerian terkait mengenai WNI yang diobservasi di Natuna, termasuk petugas yang beraktivitas di sana. "Dinas juga inisiatif cari data tapi tetap kami tunggu jalur resmi. Makanya kesiapan kami harus ditingkatkan," katanya.