Rabu 05 Feb 2020 15:49 WIB

Jabar akan Punya Pengelolaan Sampah Plastik

Jabar akan mengolah sampah menjadi pengganti batu bara pertama di Asia Tenggara.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Sampah plastik. Ilustrasi
Foto: Huffpost
Sampah plastik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) sudah memutuskan akan membangun tempat pengelolaan semua sampah plastik menjadi bahan bakar dalam skala industri. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, tempat konversi sampah plastik tersebut sudah diputuskan akan dibangun di lima lokasi.

LIma lokasi itu berada di cekungan Bandung satu lokasi, Bogor, Bekasi, Karawang, wilayah Cirebon (Ciayumajakuning), serya Tasikmalaya dan sekitarnya. "Kalau berhasil, sebelum tahun 2023 maka Jabar menjadi provinsi pertama di Asia Tenggara yang punya sistem pengelolaan sampah plastik, semua bisa disedot ke situ," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Gedung Pakuan, Rabu (5/2).

Baca Juga

Menurut Emil, dari kelima lokasi tersebut sudah ada dua yang paling siap dibangun di bulan bulan ini. Pertama, di Sarimukti nanti disana akan berdampingan dengan sistem pengelolaan plastiknya. Serta, perpanjangan Sarimukti sebelum TPPAS Legok Nangka selesai.

Lokasi kedua yang telah siap, kata dia, adalah di Bogor nanti kemungkinan di Galuga. Untuk Bogor, nanti punya dua sistem pengelolaan sampah plastiknya. Yakni, di tempat eksisting Galuga yang sekarang. Tempat kedua, pengelolaan sampah lainnya bersama Depok, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor nanti berlokasoli di Nambo.

"Nambo ini akan selesai akan di November-Desember 2 tahun ini. Jadi akhir tahun ini kita akan punya waste to energy pertama yang mengubah sampah menjadi pengganti batu bara," katanya.

Emil mengatakan, kalau urusan lancar, baik Sarimukti maupun Galuga maka fasilitas plastik energi ini akan mulai pembangunannya di 2020 ini. Pembangunan, akan dilakukan selama sembilan bulan.

"Per bulan ini sedang digambar DED nya. Kita lihat yang duluan aja, apa Sarimukti atau Bogor fasilitas plastik energinya," katanya.

Saat ditanya tentang kapasitas sistem pengelolaan plastik tersebut, Emil mengatakan, kapasitas total untuk Bogor dan Bandung Raya sekitar 50 ribu ton per tahun. Sedangkan biaya sewa lahannya, sekitar  Rp 750 miliar per lokasi atau 50 juta Euro.

Emil mengatakan, Jabar membutuhkan tempat pengelolaan sampah yang cukup banyak. Karena, berdasarkan hasil studi ITB, kalau Legok Nangka berhasil dan maksimal, itu baru mampu mengolah setengahnya sampah yang bisa dikelola. Oleh karena itu, TPA Sarimukti harus tetal berfungsi tapi tidak dengan sistem landfill lagi.

"Jadi dalam teorinya, kalau sampah di cekungan bandung ini mau beres, maka harus asa waste to energy di Legok Nangka," kata Emil.

Waste to energy kedua yang dikonversikan adalah Sarimukti yang sekarang penambahan lahannya sekitar 20-30 hektare melalui kerja sama dengan Perhutani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement