Selasa 04 Feb 2020 21:09 WIB

5.000 WN China Masih Berada di Bali

Sebanyak 5.000 WN China di Bali bisa memilih pulang atau tinggal lebih lama.

Pantai Kuta, Badung, Bali. Jelang penutupan jalur penerbangan dari dan ke Bali-China, masih ada 5.000 wisatawan asal China yang berada di Bali.
Foto: Antara/Hendra Wibowo
Pantai Kuta, Badung, Bali. Jelang penutupan jalur penerbangan dari dan ke Bali-China, masih ada 5.000 wisatawan asal China yang berada di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 5.000 warga China saat ini masih berada di Bali. Dalam masa normal, sekitar 6.000-an wisatawan asal Negeri Tirai Bambu berlibur ke Bali, namun sekarang menjadi hanya 1.000.

"Saya percaya dengan adanya pembatalan ke arah China, angka ini akan terus turun," kata Haodong melalui penerjemahnya di Kantor Konjen RRC di Denpasar, Selasa.

Baca Juga

Haodong mengatakan bahwa mulai Rabu, 5 Februari 2020, Pemerintah Indonesia membatalkan seluruh penerbangan ke dan dari Bali-China. Hal tersebut otomatis memengaruhi jumlah turis China yang berkunjung ke Pulau Bali, namun pihaknya percaya pengaruh ini hanya sementara saja.

Terkait dengan keberadaan turis China yang masih ada di Bali, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak Imigrasi untuk pengurusan masa tinggal selama berada di Bali.

"Kami sudah membagikan informasi kepada turis China, sampai malam ini masih ada penerbangan Indonesia pulang dan Pemerintah China pasti memberikan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk seluruh turis asal negaranya atau warga negaranya yang berada di luar negeri," kata Haodong.

Pihak Imigrasi diharapkan bisa memberikan fasilitas kepada turis China yang masih ada di Bali, terutama tentang masa overstay karena itu adalah kebijakan pemerintah Indonesia. Rencananya, terhadap 5.000 warga Tiongkok tersebut, pihaknya akan mengumpulkan warga China yang ada di Bali dan mendata kebutuhan warganya.

"Setahu kami, turis China yang datang ke Bali rata-rata menghabiskan tujuh hari di pulau Bali dan ada sebagian tidak mau pulang dan berharap tinggal lebih lama di sini," katanya.

Menurut Haodong, jika warganya memang mau overstay lebih dari 30 hari, mereka harus mengikuti peraturan yang ada di sini tentang keimigrasian. Selain itu, terdapat banyak hotel yang juga tetap memberikan pelayanan yang layak bagi turis China, setelah adanya kasus wabah virus corona ini.

Namun, beberapa waktu lalu, menurut Haodong, warganya sempat mengalami kejadian tidak menyenangkan di salah satu Hotel di Bali, akibat dari kepanikan terkait virus corona. Hotel tersebut dikabarkan menolak turis China yang sudah memesan kamar untuk check-in. Dia telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali untuk memberikan dukungan dan fasilitas terhadap masyarakat Tiongkok yang masih ada di Bali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement