REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Misteri kematian siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang ditemukan di gorong-gorong depan sekolahnya beberapa hari lalu masih belum bisa dipecahkan oleh pihak kepolisian. Alhasil, berbagai spekulasi muncul di kalangan masyarakat Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika.co.id, dari warung kopi hingga media sosial, isu miring mengenai penyebab kematian siswi berinisial DS (13 tahun) semakin subur. Pada awal jenazah ditemukan, informasi yang menyatakan organ dalam DS hilang lantaran dijual tersebar di media sosial.
Kepolisian telah membantah infomasi itu. Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto berulang kali menyatakan organ tubuh korban dalam keadaan lengkap. Tak ada satu pun yang hilang.
"Informasi di media sosial itu tidak benar. Korban saat ditemukan dalam keadaan utuh dan semua organ lengkap. Tidak benar korban dimutilasi atau diambil organ tubuhnya," kata dia usai autopsi dilakukan, Jumat (31/1).
Bahkan, ia menegaskan, polisi akan mencari pelaku penyebaran hoaks tersebut. Sebab, informasi itu dinilai sangat menyesatkan dan membuat resah masyarakat. Menurut dia, akibat informasi itu, sejumlah pelajar dan orang tua yang menjadi takut.
Informasi hoaks yang beredar itu memang tak saja membuat resah warga, melainkan juga menambah kesedihan keluarga korban. Republika.co.id bahkan melihat sendiri keluarga korban yang datang ke RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, tak lama setelah jenazah ditemukan warga pada Senin (27/1).
Salah satu anggota keluarga yang datang itu tiba-tiba menangis histeris ketika sampai di RSUD karena membaca kabar organ korban telah hilang. Ia mendapatkan kabar itu dari media sosial. Namun, setelah dijelaskan petugas bahwa organ korban masih utuh, ia pun perlahan tenang.
Belakangan, hoaks mengenai organ dalam korban yang hilang saat jenazah ditemukan mulai dapat diredam. Namun, tak lama beredar video proses autopsi korban di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD dr Soekardjo. Belum diketahui pasti penyebar video tersebut. Yang pasti menyebarnya video itu di media sosial, selain tak mengindahkan etika, juga membuat kesedihan keluarga korban semakin bertambah.
Tak hanya sampai di situ, kasak-kusuk mengenai penyebab kematian DS masih terus berlanjut. Di warung pinggir jalan, sejumlah warga menanyakan langsung kepada Republika.co.id terkait pelaku yang mengakibatkan DS meninggal dunia. Sebab, banyak kabar burung beredar, seperti anggapan korban dibunuh hingga pelaku pembunuhannya tak lain adalah orang dekat DS.
Padahal, hingga Sabtu (1/2) polisi masih belum bisa memastikan penyebab kematian korban. Anom mengatakan, untuk memastikan penyebab korban meninggal, polisi masih harus menunggu hasil autopsi yang baru bisa keluar 14-20 hari kerja setelah autopsi dilakukan. Selain itu, polisi juga terus memeriksa saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti terkait kejadian tersebut.
"Kami masih mendalami sambil kita menunggu hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik," kata dia.