REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telah berpulang pemain bola basket dunia yang melegenda. Pernah bersinar selama kurang lebih dua decade bersama Lakers. Ia adalah Kobe Bryant, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter bersama salah satu putrinya bernama Gianna Bryant, yang juga mengikuti jejak sang ayah menjadi pemain basket.
Foto dari tahun 2018 memperlihatkan (dari kiri) Vanessa Bryant, Kobe Bryant, dan putrinya Natalia Bryant serta Gianna Bryant.
"Ada pelajaran yang bisa dipetik dari Black Mamba. Lima gelar NBA dan 2 Medali Emas Olimpiade bukan sembarangan. Bukan kaleng-kaleng, sehingga Ia menjadi pebasket terbaik dunia," kata Ary Ginanjar Agustian, adalah seorang motivator Indonesia, yang juga pendiri ESQ Leadership Center, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (29/1).
Menurutnya, apabila ditanya kepada Kobe Bryant apa yang menyebabkan Anda bisa meraih segala prestasi ini? Maka ia akan menjawab: "Mamba Mentality".
Apa itu Mamba Mentality? "Kamu harus menjadi versi terbaik dari dirimu".
Mamba Mentality adalah: "Hari ini harus lebih baik dari kemarin".
Jam 04.00 pagi biasanya Black Mamba sudah bangun dan mulai berlatih. Sejak SMA, selama 20 tahun, ia menjadi pebasket profesional.
“Prestasinya bukan diraih dengan instan, tapi kerja keras dan perjuangan. Bukan ujug-ujug sukses punya mobil mewah melalui Memiles atau tiba-tiba mengaku menjadi Raja Baru,” tutur Ary Ginanjar.
Inilah yang sesungguhnya yang lebih dihormati, bukan kemenangan dadakan yang selama orang tawarkan. "Tapi, mentalitas kerja keras dan pantang menyerah dari Mamba sang juara!," tegas Ary.