REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, menyatakan, sebanyak 13 titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi di Kabupaten Bengkalis, Riau. Titik panas tersebut terpantau melalui Citra satelit Terra dan Aqua, Ahad (26/1) pagi.
"Selain di Bengkalis, titik panas juga terdeteksi di Kabupaten Pelalawan," kata Sukisno Ahad.
Di Pelalawan, BMKG menyatakan terdapat empat titik panas yang terdeteksi di Kecamatan Kuala Kampar dan Teluk Meranti. BMKG membagi dua kategori sebagai indikator kebakaran hutan dan lahan.
Titik panas merupakan indikator awal keberadaan kebakaran dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen. Sementara titik api merupakan indikasi kuat kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan 70 hingga 100 persen.
Sukisno menyatakan, dari 13 titik panas di Bengkalis, 10 titik di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat kebakaran hutan dan lahan. Sementara satu titik api di Kabupaten Pelalawan. BMKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pembakaran menyusul meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.
Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Yasir Prayuna, mengatakan, saat ini sebagian wilayah Riau tengah memasuki peralihan musim dari hujan ke kemarau fase pertama 2020. Saat ini, sebagian wilayah Riau, terutama bagian utara telah memasuki musim kemarau.
Sejak awal Januari ini, sejumlah kabupaten kota seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, hingga Indragiri Hilir terpantau titik-titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan. Dari BMKG sendiri menyatakan waspada karena dalam beberapa pekan ke depan akan segera memasuki musim kemarau.
"Riau akan sepenuhnya memasuki musim kemarau pada pertengahan Januari dan berlangsung hingga Februari mendatang," kata Yasir.