Jumat 24 Jan 2020 12:11 WIB

BPPT Tegaskan TMC tidak untuk Menghilangkan Hujan

TMC mengurangi curah hujan penyebab banjir.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Dwi Murdaningsih
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menjadi salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jabodetabek. Namun, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menegaskan bahwa operasi tersebut dilakukan bukan untuk menghentikan hujan.

"Teknologi modifikasi cuaca tidak dimaksudkan untuk menghilangkan hujan di Jabodetabek. Yang kami lakukan adalah mengurangi curah hujan penyebab banjir," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto, Jumat (24/1).

Baca Juga

Diketahui, dalam beberapa hari terakhir curah hujan yang tinggi tak lagi terjadi di wilayah Jabodetabek. Hujan biasanya hanya mengguyur wilayah tersebut saat pagi hari, selama rentan waktu sekitar satu hingga dua jam.

Salah satu yang menyebabkan hal tersebut adalah operasi TMC yang dilakukan oleh BPPT. Bekerjasama dengan TNI Angkatan Udara (AU), BNPB, dan BMKG yang dilakukan sejak awal hingga pertengahan Januari 2020.

TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan atau mengurangi curah hujan yang turun secara alami dengan menyemai garam (NaCl) di awan. Dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan.

Proses fisika yang diubah di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense) atau proses pembentukan es atau ice nucleation.

Tri Handoko menjelaskan, operasi TMC dilakukan hanya saat ada awan-awan di kawasan Selat Sunda yang menampung banyak air yang berpotensi menyebabkan banjir. Nantinya, pesawat yang membawa garam akan menyemainya di awan tersebut.

"TMC dilaksanakan ketika awan-awan yang tumbuh di Selat Sunda dan Laut Jawa diperkirakan akan mengakibatkan genangan atau banjir di Jakarta. Jika diyakini aman maka operasi tidak dilakukan," ujar Tri Handoko.

Dengan begitu, pasokan air di daratan juga akan terpenuhi dengan hujan yang sesekali mengguyur wilayah Jabodetabek. Dia menegaskan BPPT bersama TNI AU, BNPB, dan BMKG hanya melakuakn operasi TMC pada awan-awan yang berpotensi menyebabkan banjir.

"Jadi eskalasi operasi TMC benar-benar didasarkan pada tingkat ancaman banjirnya. Ketika ancaman banjirnya kuat maka TMC dilakukan dengan 4 sorti penerbangan," ujar Tri Handoko.

Jika ancaman tidak ada maka tidak ada penerbangan untuk meyemai awan. "Tanggal 13 dan 14 Januari kami tidak melakukan operasi TMC karena tidak adanya ancaman banjir," ujar Tri Handoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement