Kamis 23 Jan 2020 14:52 WIB

Satu WNI Kembali, Lima Masih di Tangan Abu Sayyaf

Total sudah 44 WNI yang menjadi sandera Abu Sayyaf.

Korban penyanderaan kelompok gerilyawan Filipina Abu Sayyaf, Muhammad Farhan (kedua kiri) memeluk keluarganya disaksikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) saat serah terima korban sandera ke keluarga di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Korban penyanderaan kelompok gerilyawan Filipina Abu Sayyaf, Muhammad Farhan (kedua kiri) memeluk keluarganya disaksikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) saat serah terima korban sandera ke keluarga di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (23/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fergi Nadira, Febrianto Adi Saputro

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi berkesempatan menyerahkan satu Warga Negara Indonesia (WNI), Muhammad Farhan yang berhasil dibebaskan dari sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina kepada pihak keluarga. Serah terima tersebut diselimuti suasana syukur di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis (23/1).

Baca Juga

"Saya dan pemerintah Indonesia mengucap syukur Alhamdulilah kita diberi kesempatan untuk menyerahkan saudara kita M Farhan kepada keluarga," ujar Menlu Retno.

"Farhan adalah satu dari tiga sandera yang satu di antaranya, termasuk ayahnya, yang bebas atas dasar kerja sama internal dengan otoritas Filipina," ujar Retno menambahkan.

Retno juga menyampaikan apresiasi kepada pihak otoritas Filipina atas kerja sama yang baik dalam upaya pembebasan WNI yang diculik di Perairan Sabah, Malaysia. Muhammad Farhan berhasil diselamatkan militer Filipina di Baranggay Bato, Indanan Sulu pada 15 Januari 2020 pukil 18.45 waktu setempat.

Farhan merupakan salah satu dari tiga WNI yang diculik di perairan Tambusan, Lahad Datu, Malaysia pada 23 September 2019. Dua sandera lain dibebaskan terlebih dulu pada 22 Desember dan telah diserahterimakan oleh Menlu kepada keluarga.

Kendati demikian, masih terdapat lima WNI yang baru-baru ini kembali diculik oleh kelompok Abu Sayyaf. Mereka diculik pada Kamis (16/1) pukul 20.00 waktu setempat.

Dalam hal ini, Retno menegaskan komitmen dan perhatian pemerintah Indonesia terhadap situasi keamanan di perairan Sabah. Retno pun langsung memanggil duta besar (dubes) Malaysia untuk Jakarta, dan kuasa usaha sementara Kedubes Filipina di Jakarta.

"Saya telah menyampaikan mengenai penculikan lima WNI, dan maka, total ada 44 WNI dalam 13 kasus penculikan yang hampir semua lokusnya di perairan Sabah," kata Retno.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia memohon kepada Malaysia untuk memperhatikan dan meningkatkan keamananan di perairan tersebut. Indonesia, telah melakukan kerja sama bilateral dengan Malaysia, dan Filipina sehingga komitmen yang terjalin untuk menjaga keamanan di wikayah masing-masing negara harus ditingkatkan.

Selain itu, Retno juga meminta kepada para pemilik kapal untuk menjaga keselamatan para nelayan Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal tersebut. "Jadi para pemilik kapal juga harus mengindahkan aturan-aturan yang diberikan oleh otoritas Malaysia, sebab kalau tidak maka korban akan terus ada," kata Retno.

photo
Menteri luar negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyerahkan satu WNI sandera Abu Sayyaf, M Farhan kepada keluarga di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta, Kamis (23/1)

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemenlu RI, Judha Nugraha memperkirakan, jumlah WNI yang bekerja sebagai awak kapal sekitar 1.000 sampai 1.500. Dari sisi keamanan untuk saat ini tidak aman untuk melaut.

Sehingga Pemerintah Indonesia juga mengantisipasi dan mengimbau para nelayan untuk tidak melaut di jam malam. Judha mengatakan, Pemerintah Malaysia sudah menerapkan jam malam untuk para nelayan untuk tidak melaut di malam hari di Perairan Sabah.

"Namun demikian, hanya dalam pelaksanaannya terdapat pelanggaran oleh banyak pemilik kapal yang nekat melaut ke perairan tersebut. Karena mungkin memang di sana banyak ikan. Sudah ada pelarangan," kata Judha.

Sepanjang 2000-2019, tercatat 39 WNI diculik oleh Kelompok Abu Sayyaf Filipina di Negeri Sabah, Malaysia. Satu orang dilaporkan meninggal dunia dan seorang lagi masih disandera.

Konsul RI di Tawau Malaysia, Sulistijo Djati Ismoyo menyatakan, puluhan WNI tersebut sebagian besar diculik saat melakukan aktivitas di laut di sekitar Pantai Timur Sabah.

Rinciannya, tiga WNI diculik Abu Sayyaf di tahun 2003, satu WNI di 2004, tiga WNI di 2005, 21 WNI di 2016, tiga WNI di tahun 2017, dan empat WNI di 2018.

Pada 23 September 2019 tiga WNI diculik Abu Sayyaf. Salah satunya adalah M Farhan yang hari ini dikembalikan negara ke keluarganya.

Di awal tahun ini, yakni pada 16 Januari, Abu Sayyaf kembali menculik lima WNI. Sebenarnya delapan WNI yang awalnya diculik namun tiga orang sudah dibebaskan.

photo
WNI yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Maharudin bin Lunani (kiri) dan Samiun bin Maneu (kanan) bersama keluarganya mengikuti acara penyerahterimaan WNI di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (26/12).

Anggota Komisi I DPR Syarief Hasan meminta agar penjagaan di perbatasan diperketat. "Kita harap penjagaan di perbatasan bisa lebih ketat lagi lah, tidak boleh terulang, kalau bisa tidak terus terulang," kata Syarief di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (21/1).

Ia menduga alasan kelompok Abu Sayyaf kerap menyasar WNI karena nelayan Indonesia banyak berlayar di perairan di sekitar perbatasan. Ia menilai banyaknya WNI yang kerap jadi korban penculikan bukan karena sikap pemerintah yang tidak tegas.

"Tapi kalau kaya gini terus harus kita tingkatkan lagi," ujarnya.

Kasus hilangnya kapal ikan milik Malaysia berawak delapan WNI di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, terjadi pada tanggal 16 Januari 2020 pukul 20.00 waktu setempat. Dikutip dari keterangan tertulis Kemenlu, konfirmasi didapat ketika kapal ikan dengan nomor registrasi SSK 00543/F terlihat masuk kembali ke perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah dari arah Filipina pada 17 Januari 2020 pukul 21.10 waktu setempat.

"Di dalam kapal terdapat tiga awak kapal WNI yang dilepaskan penculik dan mengkonfirmasi lima awak kapal WNI lainnya dibawa kelompok penculik," tulis Kementerian Luar Negeri dalam keterangannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement