Rabu 22 Jan 2020 09:58 WIB

Psikolog Dampingi Para Korban Gay Tulungagung

Setidaknya ada 11 anak laki-laki yang diduga menjadi korban pencabulan Mami.

Ditreskrimum Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap warga Kecamatan Gondang, Tulungagung, Hasan (41) yang akrab disapa Mami, atas dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur. Tersangka yang merupakan pengelola kedai kopi tersebut, juga mengaku sebagai ketua Ikatan Gay Tulungagung
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ditreskrimum Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap warga Kecamatan Gondang, Tulungagung, Hasan (41) yang akrab disapa Mami, atas dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur. Tersangka yang merupakan pengelola kedai kopi tersebut, juga mengaku sebagai ketua Ikatan Gay Tulungagung

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Polda Jawa Timur menerjunkan tim psikolog untuk mendampingi belasan anak lelaki korban pencabulan Hasan (41 tahun) alias Mami, ketua ikatan gay di Tulungagung. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur Kombes Pitra Andrias Ratulangie mengatakan, pihaknya juga dibantu Lembaga Pelindungan Anak (LPA) setempat untuk memulihkan psikologi para korban persetubuhan sesama jenis tersebut.

"Untuk korban dilakukan trauma healing oleh psikolog dan ahli. Juga ada dari komisi perlindungan anak daerah dan beberapa stakeholder lainnya," ujar Pitra di Mapolda Jatim, Surabaya, Selasa (21/1).

Baca Juga

Pitra mengakui, pihaknya juga masih mendalami latar belakang tersangka, termasuk terkait orientasi seksualnya. Tujuannya untuk mengetahui alasan yang bersangkutan melakukan pencabulan terhadap anak-anak. Pitra menyatakan, nantinya juga akan menerjunkan psikolog dan ahli untuk mendalami latar belakang tersangka.

Menurut dia, belum ada tambahan dari 11 jumlah korban yang tercatat sebelumnya. Namun demikian, Pitra mengimbau jika ada korban lainnya yang belum terdata, untuk tidak ragu melapor ke aparat berwenang. "Nanti akan kita rahasiakan (identitasnya) karena ini merupakan hak untuk memberi perlindungan kepada saksi korban," ujar Pitra.

Ditreskrimum Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap Hasan yang merupakan warga Kecamatan Gondang, Tulungagung, pada Senin (20/1). Berdasarkan penyelidikan polisi, setidaknya ada 11 anak laki-laki yang diduga menjadi korban pencabulan Mami. Kepada polisi, tersangka yang mengelola kedai kopi tersebut mengaku sebagai ketua ikatan gay Tulungagung.

"Dia adalah ketua ikatan gay di Tulungagung. Jadi, gay ini ada ikatannya juga, dan dia ini ketuanya," ujar Dirreskrimum Polda Jatim Kombes R Pitra Andrias Ratulangie.

Saat ditemui di Polda Jatim, Hasan mengaku telah melakukan perbuatannya sejak 2018. Hasan mengatakan, para korban datang sendiri ke rumahnya di Kecamatan Gondang, Tulungagung, karena butuh uang.

Hasan memberikan uang kepada para korban dengan syarat mau berhubungan badan dengannya. "Mereka datang ke saya butuh uang, terus (saya tawari) main. ‘Mau?’ Mereka datang ke rumah saya. Saya ajak masuk kamar," ujar Hasan.

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Hikmah Bafaqih menegaskan, pihaknya akan memastikan anak-anak korban pencabulan tersebut mendapatkan pendampingan dari pihak terkait. Komisi E, kata dia, akan segera berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jatim dan Lembaga Perlindungan Anak Jatim agar para korban benar-benar mendapatkan pelayanan baik.

"Untuk mereka yang sekarang sudah jadi korban, harus ada advokasi khusus untuk proses trauma healing hingga tindakan rehabilitasi sosial spiritualnya nanti. Kita akan pastikan mereka akan mendapatkan layanan sebaik-baiknya," kata dia, kemarin.

Tak membedakan

Hikmah mengingatkan, seluruh tindak kekerasan seksual terhadap anak harus menghadapi prosedur hukum yang ketat. Dia juga berharap pelaku kekerasan seksual mendapatkan hukuman berat. Menurut dia, tidak perlu dibedakan apakah pelakunya memiliki orientasi seksual menyimpang atau tidak.

"Tentu dia harus dihukum seberat-beratnya apa pun orientasi seksualnya. Jadi, kita enggak boleh menyeret-nyeret ini ke arah orientasi seksual. Seluruh pelaku kekerasan seksual terhadap anak harus diperlakukan sama kerasnya di hadapan hukum," ujar Hikmah.

Hikmah mengatakan, DPRD Jatim akan menekankan pada pencegahan. Artinya, semua pihak harus terlibat aktif mengawasi anak-anak dari jangkauan predator anak. Tindakan pencegahan jauh lebih penting untuk dimasifkan dan diedukasikan secara kuat dengan berbagai cara, termasuk lewat media sosial.

"Yang saya juga prihatin itu karena respons kita biasanya dramatis sesaat ketika kasus-kasus kayak gini muncul. Semua prihatin, tapi kita semua cepat sekali melupakan," kata dia. n Dadang Kurniaed: ilham tirta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement