REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Raja Ampat, Papua Barat telah dirampungkan. Adanya instalasi tersebut diharapkan dapat mengurangi pencemaran limbah tinja dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat setempat. Di sisi lain, destinasi Raja Ampat diharap dapat lebih nyaman dikunjungi wisatawan.
“Dengan adanya fasilitas ini, limbah tinja yang dibawa truk tinja secara periodik akan diolah di IPLT. Hasil pengolahannya aman dibuang ke saluran air dan diharapkan bisa mengurangi pencemaran air dan tanah dari bakteri E. coli,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dalam keterangannya diterima Republika, Sabtu (18/1).
Pembangunan IPLT Raja Ampat mulai dikerjakan sejak 17 Juli 2019 dan selesai pada 13 Desember 2019. Fasilitas yang dibangun meliputi bangunan solid separation chamber (SSC), bangunan anaerobic baffle reactor (ABR), bangunan Drying Area (DA), kolam fakultatif, kolam maturasi, bak indikator, kolam wetland, serta kantor pengelola dan bangunan penunjang lainnya.
Sarana dan prasarana sanitasi ini dibangun melalui dana APBN sebesar Rp 4,6 miliar dengan kapasitas pengelolaan sebesar 50 meter kubik per hari. IPLT dibangun di area yang jauh dari permukiman warga sehingga diharapkan masyarakat tidak terdampak polusi udara.
Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya sebelumnya juga telah melakukan penataan kawasan wisata Bukit Piaynemo yang merupakan salah satu ikon Raja Ampat. Penataan dilakukan dengan membangun anak tangga menuju puncak bukit, kios suvenir, gardu pandang, rest area, serta tambatan perahu apung dan perahu kayu.
Dengan dibangunnya anak tangga sebanyak 320 buah, diharapkan meningkatkan kenyamanan dan mempermudah wisatawan menuju puncak bukit dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Anggaran pembangunannya sebesar Rp 19,9 miliar yang bersumber dari APBN TA 2018.