Rabu 15 Jan 2020 16:46 WIB

Emas Permata Masih Jadi Andalan Ekspor Jatim di 2019

Total ekspor Jatim pada 2019 sebesar 20,28 milliar dolar AS.

Suasana Terminal Petikemas Surabaya, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9).    (Antara/Zabur Karuru)
Suasana Terminal Petikemas Surabaya, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pisat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat, neraca perdagangan Jatim selama 2019 mengalami defisit sebesar 3,05 miliar dolar AS. Defisit tersebut disumbangkan terjadinya defisit pada sektor migas sebesar 3,49 miliar dolar AS. Meskipun, sektor nonmigas justru kinerjanya positif dengan surplus 435,45 juta dolar AS.

"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan supaya bisa menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Kepala Bidang Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Satrio Wibowo, saat menggelar konferensi pers di kantornya, Jalan Kendangsari, Surabaya, Rabu (15/1).

Satrio menjelaskan, total ekspor Jatim pada 2019 sebesar 20,28 milliar dolar AS. Namun, masih lebih kecil dibanding nilai impor yang mencapai 23,34 milliar dolar AS. Sehingga neraca perdagangan Jatim pada 2019 mengalami defisit 3,05 milliar dolar AS.

Namun angka defisit itu masih lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang 5,35 milliar dolar AS. Satrio mengungkapkan, selama 2019, total ekspor Jatim sebesar 20,28 miliar dolar AS. Turun 0,49 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 20,38 miliar dolar AS.

Komoditas utama ekspor Jatim pada 2019 masih golongan Perhiasan/Permata (HS 71). "Golongan ini berkontribusi sebesar 3,2 milliar dolar AS. Kemudian diikuti golongan Kayu, Barang dari Kayu (HS 44) dengan kontribusi 1,31 milliar dolar AS, dan golongan Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS 15) dengan kontribusi 1,30 milliar dolar AS," ujar Satrio.

Dia melanjutkan, selama 2019, total impor Jatim sebesar 23,3 miliar dolar AS. Turun 9,32 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 25,7 miliar dolar AS. Jika dilihat berdasarkan komposisi, lanjut Satrio, impor Jatim pada 2019 sebagian besar bahan baku industri.

"Impor turunnya lebih tajam, kemungkinan ada bahan baku yang sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Karena ekspornya ini turun kecil sekali sedangkan impor turun tajam," kata Satrio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement