Rabu 15 Jan 2020 04:30 WIB

Abu Janda Salahkan Anies karena Enggan Menggusur

Abu Janda nilai penggusuran pemukiman warga di bantaran kali konsekuensi normalisasi.

Rep: Febryan. A/ Red: Teguh Firmansyah
Permadi Arya alias Abu Janda saat aksi Anti-Anies di Patung Kuda, Jakarta.
Foto: Republika/Febryan.A
Permadi Arya alias Abu Janda saat aksi Anti-Anies di Patung Kuda, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggiat media sosial Permadi Arya atau Abu Janda, menuding Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah gagal mengatasi banjir. Musababnya, karena Anies enggan menggusur pemukiman warga yang berada di bantaran sungai. Tujuannya, kata dia, jelas untuk menjaga citra demi pencalonan presiden pada 2024 mendatang.

"Kita semua tahu Pak Anies tidak melakukan itu (menggusur) karena sedang pencitraan untuk nyapres di 2024. Kenapa dia tidak lakukan itu, karena dia tahu akan dihajar habis, bahkan oleh pendukungnya sendiri," kata Abu Janda kepada wartawan saat menghadiri aksi 'Jakarta Bergerak' di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (14/1).

Baca Juga

Menurut dia, penggusuran pemukiman warga di bantaran sungai adalah konsekuensi dari upaya normalisasi sungai untuk meminimalisir banjir. Namun, Anies enggan melanjutkan program yang sudah dimulai gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Abu Janda menyebut, selama 2 tahun kepemimpinan Anies, program normalisasi tak sama sekali dikerjakan. Walhasil, banjir parah melanda Jakarta pada awal tahun 2020.

"Kalau dilakukan dan diteruskan kerja Pak Ahok, mungkin tidak akan separah ini," kata Abu Janda.

Aksi 'Jakarta Bergerak' digelar untuk menuntut pertanggungjawaban Anies perihal banjir yang melanda Jakarta pada awal tahun 2020. Kompak mengenakan baju hitam, sekitar seratusan massa menuntut Anies mundur dari jabatannya. Massa aksi juga sempat melakukan aksi teatrikal melempari tomat kepada seseorang yang memakai topeng Anies.

photo
Sejumlah massa pro Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan aksi Bersama Anies di Balai Kota, Jakarta, Selasa (14/1).

Abu Janda menegaskan, aksi kali ini bukanlah upaya mempolitisasi banjir. Sebab, massa yang berkumpul adalah para korban banjir. Selain itu, aksi juga ditujukan untuk mengawal class action atau gugatan perdata yang diajukan wagra terhadap Pemprov DKI Jakarta.

"Yang menggugat warga sekitar 240-an dan sudah bikin rincian. 240 orang itu tidak sedikit, kalau dua orang mungkin baru bisa disebut politasiasi," kata Abu Janda. Gugatan Tim Advokasi Korban Banjir DKI sudah dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kemarin.

Saat aksi 'Jakarta Bergerak' digelar, massa pro-Anies atau pembela Anies juga berkumpul di depan Balai Kota Jakarta. Mereka kompak menuding aksi 'Jakarta Bergerak' adalah upaya politisasi banjir.

"Ada orang-orang yang ingin mempolitisasi banjir kepada gubernur yang kita cintai, Anies. Kita akan jaga Anies, orang yang akan jadi pemimpin masa depan Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Bamus Jakarta Rahmat Has yang berorasi di depan Balai Kota.

Massa pro-Anies dimotori oleh kelompok yang sudah mendukung Anies sejak Pilkada, yakni Jawara dan Pengacara Jaga Jakarta (Bang Japar). Tampak juga organisasi lalin seperti Laskar Adat Betawi.

Adapun kelompok kontra-Anies dimotori oleh Abu Janda, Dewi Tanjung (politisi PDIP), Effendi Achmad dan Sisca Rumondor.

Banjir melanda Jakarta pada Rabu (1/1) atau hari pertama tahun 2020. Puluhan wilayah terendam. Aktivitas perekonomian pun lumpuh selama dua hari.

Berdasarkan catatan Pemprov DKI, terdapat 31.232 orang yang terpaksa mengungsi di 259 posko saat banjir terjadi. Adapun jumlah korban jiwa mencapai 16 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement