Ahad 12 Jan 2020 19:46 WIB

Kapolda Papua: Kami akan Hadapi Kelompok Bersenjata di Nduga

Kapolda Papua memberi hanya dua opsi, menangkap mereka hidup-hidup atau mati.

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw (kiri)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw,menegaskan jajarannya akan terus mengejar kelompok pengacau bersenjata Nduga. Ia mengatakan kelompok yang dipimpin Egianus Kogoya selalu menebar teror dan menembaki alat negara di wilayah itu.

Ia memberi hanya dua opsi, menangkap mereka hidup-hidup atau mati. "Kami akan hadapi. Siapapun yang melakukan perbuatan melawan hukum, kami akan tegakkan hukum secara tegas," kata Waterpauw usai menjenguk Bhayangkara Satu Polisi Luky Darmadi, anggota Brimob Polda Maluku di RS Mitra Masyarakat/RSMM Timika, Ahad (12/1).

Baca Juga

Darmadi selama lima bulan terakhir bertugas sebagai personel BKO Polda Papua di Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga. Paha kirinya ditembak pada Sabtu pagi (11/1), saat sedang membersihkan lingkungan di sekitar pos Brimob di kawasan Bandara Kenyam.

Darmadi telah diterbangkan ke Jakarta pada Minggu petang menggunakan pesawat PT Airfast Indonesia untuk dirawat lebih lanjut di di RS Polri Kramat Jati, Jakarta. "Selain mengejar, anggota polisi diminta untuk membangun komunikasi dengan rekan-rekan satuan tugas yang lain, termasuk para pemangku kepentingan yang ada di Nduga agar bisa menangkap para pelaku ini.

"Saya sudah tegaskan, dalam rangka penegakan hukum hanya ada dua opsi, yaitu tangkap hidup atau mati," ujar Waterpauw.

Ia mengatakan, keberadaan polisi dan TNI di Nduga sesungguhnya untuk membuat kondisi kamtibmas di wilayah itu aman dan terkendali. "Kalau mereka punya keinginan atau tuntutan kepada pemerintah daerah ataupun kepada kami yang ada di daerah ini maka sampaikan apa keinginan mereka itu agar kita bisa mencari solusi terbaik, tapi jangan dengan cara kekerasan yang berujung jatuhnya korban jiwa atau luka-luka," kata dia.

Waterpauw mengatakan rangkaian aksi kekerasan di Kabupaten Nduga dimulai saat terjadi pembantaian terhadap 28 pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun fasilitas jembatan dan jalan Trans Papua pada 2 Desember 2018. Dalam kejadian itu, sebanyak 17 pekerja PT Istaka Karya terbunuh dan empat pekerja lainnya hingga kini tidak diketahui nasib dan keberadaannya.

"Rangkaian aksi kekerasan yang dibuat oleh KKB itulah yang membuat kami hadir di sana untuk melakukan penegakkan hukum di tengah masyarakat sesuai dengan kebijakan negara. Jadi, jangan dibalik-balik. Saya berharap pemerintah daerah, bupati, wakil bupati dan para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh perempuan dan tokoh pemuda membantu kami melakukan komunikasi dengan anak-anak muda yang bergabung dalam KKB itu," kata dia.

Ia yakin sebagian besar komplotan pengacau bersenjata Kogoya masih berusia muda. Namun lantaran mereka memegang beberapa pucuk senjata api, kelompok tersebut menjadi liar, tanpa kendali.

"Tolong bantu kami melakukan komunikasi dengan mereka agar mau kembali ke pangkuan ibu pertiwi dan kembali hidup berbaur dengan masyarakat yang lain. Bicarakan baik apa keinginan mereka, kecuali satu hal yaitu ingin merdeka sebab prinsip kita tegas yaitu tidak ada hal itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement