REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko menekankan pentingnya kolaborasi dalam menanggulangi bencana. Seluruh stakeholder harus dapat siap siaga mengatasi ancaman bencana hidrometeorologi.
Bung Edi tak menampik pemerintah memang harus segera hadir di tengah-tengah kejadian. Namun hal ini bukan berarti pemerintah berjalan sendiri dalam menghadapi bencana.
"Harus berkolaborasi, harus bersama-sama. Harus bergotong royong untuk menganggulangi itu," kata Bung Edi dalam pesan rilis yang diterima Republika, Jumat (10/1).
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang (BPBD) Kota Malang, telah terjadi 223 bencana sepanjang 2019. Bencana ini telah menimbulkam kerugian sebesar Rp 11,7 miliar. Kemudian tercatat 25 fasilitas umum (fasum) yang rusak berat.
Bertolok dari data tersebut, Bung Edi menekankan tiga tahapan dalam penanggulangan bencana. "Yang pertama pencegahan, kesiagaan/kedaruratan bencana dan pascakejadian bencana," jelasnya.
Dandim 0833 Kota Malang, Letkol Inf Tommy Anderson berharap, seluruh personel tanggap bencana akan lebih banyak interaksi dan informasi. Dengan demikian dapat menyiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin dalam menanggulangi bencana.