Jumat 10 Jan 2020 16:22 WIB

Mahfud Sebut Kegiatan Terorisme Secanggih Ponsel Masa Kini

Pendanaan kegiatan teroris, dikatakan Mahfud, cukup lewat transfer ponsel.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menyebutkan kegiatan terorisme saat ini sudah kian canggih. Pendanaan terorisme bahkan cukup dengan transfer via ponsel.

"Transfer uangnya sudah melalui handphone kaya gini, smartphone. Jadi, sudah digital," katanya di Jakarta, Jumat, seraya menunjuk ponsel awak media yang digunakan merekam wawancara, Jumat (10/1).

Baca Juga

Mahfud ditemui usai menunaikan Shalat Jumat di Kantor Kemenko Polhukam. Ia baru saja juga bertemu dengan Direktur Jenderal Penanggulangan Terorisme Pemerintah Jepang Shigenobu Fukumoto.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius ikut mendampingi Menko Polhukam.

Kalau dulu, kata Mahfud, pendanaannya masih secara konvensional melalui bank. Sehingga memudahkan aparat penegak hukum untuk melacak aliran dana untuk kegiatan terorisme.

Namun, menurut dia, dengan pola seperti sekarang membuat aliran dananya susah terlacak, apalagi disebar ke berbagai orang sebagai penerima dana sebelum dikumpulkan kembali.

"Sekarang, 'jret' gitu sudah sampai ke yang bersangkutan, dan itu disamarkan dan dibagi. Misalnya, di Indonesia ada yang nerima 100 orang dibagi-bagi, dikumpulkan. Itu dioperasikan untuk beli senjata merakit senjata, dan sebagainya," katanya.

Selain itu, Mahfud juga mengkhawatirkan semakin canggihnya terorisme karena lebih banyak melibatkan kaum perempuan dan anak-anak. Ia mencontohkan warga negara Indonesia yang terindikasi terlibat terorisme yang masih berada di Suriah, atau sering disebut FTF (Foreign Terrorist Fighter).

"Coba yang ada di Suriah itu ada 187 orang kita di sana yang diduga bergabung dengan teroris. Sebanyak 31 orang itu laki-laki, sisanya itu perempuan dan anak-anak," kata Mahfud.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement