Jumat 10 Jan 2020 10:39 WIB

Reynhard: Pola yang Berulang

Keluarga merupakan fondasi pertama yang manusia miliki ketika lahir di dunia

Reynhard Sinaga, WNI yang terlibat kasus terbesar dalam sejarah kejahatan seksual di Inggris
Foto:

Orientasi seksual

Penelitian Sylva (2013) dengan menggunakan alat pemindai otak, functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), menemukan, perempuan homoseksual memiliki mekanisme otak yang sama saat melihat gambar-gambar erotis dibandingkan nonhomoseksual. Itu terlihat pada sistem limbik (berperan utama dalam pengolahan emosi) dan bagian pengolahan informasi yang bersifat visualisasi yang dilihat di video. Ditemukan juga, mekanisme otak yang berbeda antara pria homoseksual dan nonhomoseksual dalam memproses hal bersifat erotis.

Hasil penelitian itu besar kemungkinan bisa menjelaskan, mengapa angka kriminalitas para gay meningkat tajam dalam beberapa tahun belakangan ini dibandingkan lesbian. Cara kerja otak yang berbeda, bisa memicu pengambilan keputusan berbeda pula.

Mungkin saja, proses pengambilan keputusan bertindak kriminal demi memuaskan hasrat homoseksual dikontribusikan adanya reaksi otak yang berbeda antara pria homoseksual dan nonhomoseksual dalam “mengunyah” stimulus di sekitar mereka, seperti ketampanan dan dengan siapa akan berpasangan.

photo
Reynhard Sinaga melakukan perkosaan dan pelecehan seksual diduga kepada lebih dari 200 pria di kamar apartemennya di Manchester, Inggris.

Reynhard hanya satu dari sekian banyak homoseksual. Ia bukan bentukan dalam satu malam, melainkan ribuan malam yang dilalui dengan beragam warna masa lalu yang pernah ditorehkan. Orang dewasa hari ini, pernah menjadi anak dalam ribuan hari sebelumnya.

Mencegah anak sejak dini agar tidak terjangkit orientasi homoseksual adalah cara terbaik. Ini perlu sinergi keluarga, masyarakat, pemerintah, dan para ahli. Keluarga merupakan fondasi pertama yang manusia miliki ketika ia lahir di dunia.

Jika tiang sandaran pertama tidak cukup kuat menopang seseorang untuk tumbuh menjadi manusia dewasa yang baik, ia akan meruntuhkan tiang sandaran kehidupan orang lain, secara langsung atau tidak langsung. Dalam skala besar, akan memberikan dampak secara ekonomi, biaya kesehatan, dan tingkat kesejahteraan hidup sebuah negara. Dalam konteks ini, keluarga sangat penting dalam pembentukan karakter termasuk arah (orientasi) seksual.

Penanaman sejak dini tentang jati diri dan definisi diri, amat penting. Ini proses panjang yang tak bisa berdiri sendiri dan perlu dukungan lingkungan sekitar.

Peningkatan kesadaran di masyarakat atas bahaya efek orientasi homoseksual, baik secara kesehatan maupun kehidupan sosial, masih perlu ditingkatkan. Orang menganggap, orientasi homoseksual tidak mempunyai efek sosial karena bersifat personal.

Anggapan tersebut seperti api dalam sekam. Suatu saat panasnya keluar dan mengimbas pada lingkungan sekitar, termasuk ratusan juta keluarga Indonesia. Pemerintah mempunyai andil signifikan. Satu kebijakan seorang penguasa bisa menyelamatkan ribuan nyawa. Negara harus segera mengambil keputusan dan tidak perlu takut terhadap dunia internasional.

photo
Rumah orang tua Raynhard Sinaga di Jl Dahlia, Pancoran Mas, Kota Depok

Sekalipun WHO mengatakan homoseksual bukan masalah, tak ada salahnya Indonesia melalui Presiden atau menteri kesehatan mengatakan, homoseksual mengancam keberadaan anak-anak dan orang dewasa di Indonesia. Negara yang jumlah penduduknya jauh lebih kecil daripada Indonesia, seperti Singapura dan Brunei Darussalam, berani melarang perilaku homoseksual, lalu mengapa negara yang jumlah manusianya jauh lebih banyak tidak berani?

Baca Juga: Rumah Orang Tua Reynhard Sinaga di Depok Seperti Istana

Bermacam usaha legalisasi homoseksual di Indonesia tak menuai banyak manfaat. Banyak masyarakat awam tak paham bagaimana seseorang menjadi homoseksual, yang sejatinya dibentuk oleh lingkungan bukan bawaan lahir apalagi faktor genetika.

Ilmuwan dan praktisi kesehatan medis atau mental berperan penting dalam mendudukkan permasalahan homoseksual di Indonesia. Jangan bodohi masyarakat dengan beragam pernyataan sesat yang dibungkus atas nama ilmu pengetahuan.

Orientasi homoseksual bukan untuk dijauhi atau dimarginalisasi melainkan ditangani. Maka itu, perlu kontribusi seluruh elemen bangsa. Cukup sudah satu Reynhard Sinaga yang membuat nama Indonesia mendadak terkenal dalam satu hari ke seantero dunia.

Jangan lagi ada Reynhard yang bisa membuat hidup banyak orang nelangsa. Reynhard saat ini adalah pelaku, tapi jutaan orang di dunia perlu tahu, besar kemungkinan ia pernah menjadi korban beberapa tahun lalu. Karena itu, sebuah pola yang kerap berulang dan masih berlaku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement