Kamis 09 Jan 2020 07:37 WIB

Anies: Pemprov Perbaiki Alat Peringatan Dini Banjir

Letak 10 titik pompa air akan dievaluasi.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Anies meninjau lokasi  banjir di Teluk Goong Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Aneis meninjau lokasi banjir ke tempat ini menggunakan perahu karet.
Foto: republika/Ali Yusuf
Anies meninjau lokasi banjir di Teluk Goong Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Aneis meninjau lokasi banjir ke tempat ini menggunakan perahu karet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjanjikan akan ada perbaikan pemberitahuan peringatan dini banjir untuk warga Jakarta. Hal ini setelah pemberitahuan peringatan dini banjir yang sebelumnya dianggap kurang efektif bagi masyarakat, sehingga saat hujan lebat berakibat banjir pada 31 Desember 2019 dan 1 Januari 2020 kemarin warga cenderung tidak siap.

"Kita sejak kemarin review SOP (standard operation procedure) yang ada. Dan salah satu hal yang diterapkan baru adalah, bila ada kabar (luapan air) maka pemberitahuan akan langsung ke warga tidak lalui jenjang," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (8/1).

Dengan demikian, kata dia, tidak lagi dari Kelurahan bukan ke RW, RT tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa untuk memberitahu semuanya. "Termasuk sirine," ujar Anies.

Ia berharap dengan peringatan dini banjir yang bisa diketahui secara langsung oleh masyarakat ini, warga yang tinggal di kawasan potensi banjir bisa segera bersiap. Selama ini salah satu cara peringatan dini banjir yang digunakan pemerintah DKI adalah menggunakan informasi melalui ponsel.

Akan tetapi, cara tersebut dianggap kurang efektif, karena apabila ancaman banjir disampaikan pada malam dini hari, warga tidak membuka hp, seperti yang terjadi pada banjir Jakarta pekan lalu. "Pada malam itu, pemberitahuan diberi tahu, tapi karena malam hari diberitahu lewat HP akhirnya yang sebagian tidak mendapat informasi," ujar Anies.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengakui untuk meningkatkan kewaspadaan banjir di musim penghujan kali ini, warga DKI Jakarta diminta bersiaga pada malam dini hari. Sebab intensitas hujan yang tinggi diprediksi cenderung lebih sering terjadi pada malam hari.

"Pada musim hujan di Jakarta akan lebih sering terjadi pada periode dini hari, malam hari," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin.

Ia menyebutkan hujan di Jakarta akan lebih sering terjadi pada malam hari, sedangkan pada siang hari karakteristik cuaca relatif berawan. "Kemudian hujan lagi antara sore menjelang malam dan dini hari menjelang pagi," ujar dia.

Untuk wilayah DKI, katanya, hujan pada malam hari akan cukup tinggi terjadi di wilayah utara. Hujan dengan intensitas tinggi pada malam hari tersebut, katanya, seiring dengan permukaan laut Jakarta yang juga akan mencapai ketinggian maksimum.

"Ini bersamaan dengan tinggi maksimum (di perairan). Itu yang harus diwaspadai," kata Miming.

Terutama dalam dua hari ke depan, kata dia, intensitas hujan pada malam hari dan dini hari di wilayah Jakarta akan lebih tinggi. Oleh karena itu, BMKG meminta masyarakat untuk mewaspadai hujan lebat yang akan dapat menyebabkan kemungkinan ketinggian banjir rob yang cukup signifikan. "Ketinggian banjir robnya harus diwaspadai cukup signifikan," kata dia.

Sementara itu, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta mulai menyiapkan pompa-pompa mobile untuk menyedot air saat banjir, terutama banjor rob. Pompa mobile ini disiagakan untuk mengantisipasi bila pompa statisioner yang dimiliki Dinas SDA rusak/tidak berfungsi, saat terendam genangan banjir, seperti yang terjadi di Jakarta Barat sepekan lalu.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Pemprov DKI Jakarta, Juaini Yusuf menegaskan akan mengevaluasi letak 10 titik pompa stasioner yang terendam saat banjir pada tahun baru di Jakarta. Menurutnya, ke depan Dinas SDA harus mengevaluasi dengan meninggikan pompa yang ada. Jadi di lokasi-lokasi yang selama ini kami anggap rawan kami akan tinggikan.

"Ada beberapa titik saja sih, tidak semuanya, laporan 10 titik," kata Kepala Dinas SDA Juaini Yusuf. Titik-titik tersebut, kata Juaini, antara lain di Teluk Gong, Semanan, Kampung Melayu, Kampung Pulo dan Jati Pinggir dengan jumlah pompa dalam satu rumah pompa bervariasi, antara dua hingga tiga unit.

Saat ini, Junaini menjelaskan seluruh pompa yang berada di sekitar 140 lokasi dalam keadaan berfungsi. Adapun yang sebelumnya terendam berada di lokasi cukup rendah. Jika pun memaksa pompa bekerja dalam kondisi terendam air, kata Juaini, dapat merusak mesin pompa, sehingga saat banjir datang dan merendam pompa, petugas SDA memilih untuk mematikan pompa.

Karena air sudah meluap, tentunya setelah air meluap, masuk ke lokasi pompa, karena kami harus lakukan pengamanan juga. Awalnya sudah sedot, ketika airnya masuk, ya kami harus mengamankan pompa.

Selain itu, tambah Juaini, tingginya intensitas hujan membuat sungai menjadi penuh, sehingga air meluap. Pada 31 Desember 2019 lalu, jelas dia, curah hujan cukup ekstrem dari 31 Desember 2019 sampai besoknya, dan saat itu sungai-sungai yang ada meluap semua.

"Ketika sungai meluap, ya saluran-saluran yang ada di kota dalam lingkungan tentu tidak bisa masuk sungai itu. Itulah akhirnya kembali lagi ke lingkungan itu yang menyebabkan terjadinya genangan," kata Juaini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement