Rabu 08 Jan 2020 09:22 WIB

TNI AU Kerahkan Pesawat Tempur ke Natuna

TNI tegaskan akan usir kapal-kapal Cina yang masuki perairan ZEE Indonesia.

Pergerakan kapal Coast Guard China terlihat melalui layar yang tersambung kamera intai dari Pesawat Boeing 737 Intai Strategis AI-7301 Skadron Udara 5 Wing 5 TNI AU Lanud Sultan Hasanudin Makassar saat melakukan patroli udara di Laut Natuna, Sabtu (4/1/2020).
Foto: ANTARA FOTO
Pergerakan kapal Coast Guard China terlihat melalui layar yang tersambung kamera intai dari Pesawat Boeing 737 Intai Strategis AI-7301 Skadron Udara 5 Wing 5 TNI AU Lanud Sultan Hasanudin Makassar saat melakukan patroli udara di Laut Natuna, Sabtu (4/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- TNI Angkatan Udara menerbangkan empat pesawat tempur F-16 dari Skadron Udara 16 Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau. F-16 dikerahkan untuk melaksanakan operasi patroli di wilayah terluar Indonesia itu.

"Empat pesawat F-16 berangkat sekarang," kata Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama Ronny Irianto Moningka di Pekanbaru, Selasa (7/1).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pengerahan empat jet tempur F-16 berikut enam penerbang serta puluhan personel angkatan udara ke Natuna hari ini atas perintah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Seluruh pesawat buatan negeri Paman Sam yang menjadi salah satu andalan angkatan bersenjata Indonesia itu melaksanakan patroli wilayah kedaulatan NKRI dengan sandi Operasi Lintang Elang 20. "Ini sebenarnya operasi rutin di wilayah barat yang kita geser ke Natuna," ujarnya.

Selain empat jet tempur itu, Lanud Roesmin Nurjadin yang merupakan pangkalan militer terlengkap di Pulau Sumatra dan diperkuat dua skadron tempur itu juga tengah siaga. Dia menuturkan siap untuk mengerahkan seluruh kekuatan jika ada perintah dari Panglima TNI.

Akan tetapi, Ronny mengatakan, pengiriman jet tempur F-16 itu murni untuk menjaga wilayah kedaulatan Ibu Pertiwi. Dia menuturkan, tidak ada niat untuk melakukan provokasi dengan pihak mana pun, terutama Cina yang kini sedang mengirimkan kapal-kapal penjaga pantai dan nelayan ke perairan kaya akan ikan itu. "Kita tidak buat provokasi pihak mana pun, kita jaga wilayah kita," ujarnya.

Tensi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Cina dalam beberapa hari terakhir memanas karena sejumlah kapal nelayan Cina masih bertahan di perairan Natuna hingga saat ini. Kapal-kapal asing tersebut bersikukuh melakukan penangkapan ikan yang berjarak sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.

Sementara, TNI sudah mengerahkan delapan kapal perang Republik Indonesia (KRI) dalam patroli untuk pengamanan perairan Natuna, Kepulauan Riau, hingga Senin (6/1). Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, perairan Natuna merupakan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Cina tidak memiliki hak apa pun atas perairan tersebut. Namun, Cina secara sepihak mengeklaim kawasan itu masuk ke dalam wilayah mereka dengan sebutan Nine-Dash Line (sembilan garis putus-putus).

TNI menegaskan akan melaksanakan pengusiran terhadap kapal-kapal Cina yang memasuki wilayah perairan ZEE Indonesia dengan cara persuasif. "Kita akan tetap melakukan pengusiran secara persuasif," kata Pangkogabwilhan I Laksamana Madya TNI Yudo Margono seusai meninjau kesiapan KRI di Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Selasa.

Pihaknya memantau masih ada 30 kapal ikan Cina, 4 kapal penjaga pantai, dan 1 kapal pengawas ikan. Seluruh kapal asing itu masih berada di posisi yang sama seperti sebelumnya. n antara ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement