REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Jakarta, Selasa (7/1). Salah satunya guna membahas rencana evakuasi ratusan WNI dari Iran dan Irak menyusul memanasnya situasi keamanan di kawasan tersebut.
Menurut data Kemlu RI, jumlah WNI di Iran 406 orang sementara di Irak jumlahnya 850 orang. “Tetapi kalau kita total jumlah WNI secara keseluruhan di wilayah tersebut angkanya tidak hanya ratusan ribu tetapi jutaan. Karena itu, kami terus menghitung situasi dan kita sudah mulai memetakan rencana kontingensi,” kata Menlu Retno.
Kemenlu telah menunjuk satu tim yang bertugas mematangkan rencana evakuasi para WNI jika situasi di Timur Tengah memburuk. Kemenlu juga berkoordinasi dengan perwakilan-perwakilan RI yang ada di kawasan tersebut.
Kerja sama dengan sejumlah pihak seperti TNI, Polri, dan BIN juga diperlukan dalam upaya evakuasi WNI seperti yang pernah dilakukan ketika mengeluarkan WNI dari Yaman pada 2015. Pada saat itu, ribuan WNI berhasil dievakuasi baik menggunakan jalur udara dan laut di bawah koordinasi Kemlu dan TNI.
"Kalau evakuasi, kita bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan jika diperlukan pesawat dari TNI AU karena evakuasi itu tidak bisa dilakukan sendiri oleh KBRI kita. Biasanya kita ada tenaga bantuan dari pusat dan melibatkan kerja sama banyak pihak," kata Menlu Retno.
Kemenlu juga akan mengeluarkan imbauan disertai nomor telepon hotline yang dapat dihubungi di perwakilan-perwakilan yang ada di Iran dan Irak, serta pusat darurat akan mulai difungsikan. Sambil menyiapkan rencana perlindungan dan evakuasi WNI, Retno berharap semua pihak yang berkonflik dapat sama-sama menahan diri agar situasi keamanan di Timur Tengah tidak semakin memburuk.
“Jadi mudah-mudahan situasi tidak memburuk dan bagi WNI yang memerlukan bantuan agar jangan sungkan menghubungi hotline KBRI atau KJRI di mana mereka tinggal,” kata Menlu.
Ketegangan antara Iran dan AS kembali meningkat setelah komandan Pasukan Quds, sayap Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani terbunuh akibat serangan udara militer AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1). Presiden AS Donald Trump, yang memerintahkan serangan udara tersebut, mengancam akan menyerang 52 sasaran termasuk situs budaya di Iran jika negara itu menyerang orang Amerika atau aset AS sebagai balasan atas kematian Soleimani.
Di sisi lain, Iran mengecam tindakan Trump dan menyebutnya sebagai "teroris berdasi". Menyebut pembunuhan Soleimani "sama saja dengan perang", Iran berjanji akan melakukan serangan balasan. Iran juga tidak lagi mematuhi semua pembatasan yang diterapkan dalam kesepakatan nuklir pada 2015.