REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Haryadin Mahardika dari Universitas Indonesia menilai pernyataan Badan Pusat Statistik atau BPS terkait banjir jangka pendek tidak memberikan dampak besar memang ada benarnya. Namun ia menggaris bawahi jika yang dilanda banjir hanya Jakarta saja.
"Kalau saya melihatnya mungkin jika hanya Jakarta memang pernyataan dari BPS itu benar, mengingat harga-harga barang di Jakarta sudah cukup tinggi," ujar Haryadin di Jakarta, Jumat (3/1).
Dia menjelaskan bahwa hal tersebut berarti karena harga-harga barangnya sudah cukup tinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya. Sehingga ketika terjadi peristiwa seperti banjir tidak ada dorongan bagi pelaku bisnis untuk menaikkan harga.
"Tapi hal ini agak berbeda kalau bicara secara nasional, di mana banjir kali ini tidak hanya melanda Jakarta melainkan juga wilayah Banten dan Jawa Barat," katanya.
Kemungkinan, menurut pengamat ekonomi tersebut, untuk wilayah yang agak sedikit jauh dari Jakarta bisa jadi ini berpengaruh ke inflasi. Hal ini karena kemungkinan pelaku bisnis memiliki kebutuhan untuk menaikkan terkait pasokan distribusi dan logistik yang agak sulit untuk mencapai lokasi, seperti di Bogor di mana selain banjir juga terjadi longsor.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan banjir yang melanda kawasan Jadetabek sejak 1 Januari 2020 tidak memberikan dampak yang besar apabila cepat surut dan tidak mengganggu kelancaran distribusi.
Menurut dia, banjir yang berlarut-larut harus diwaspadai karena dapat menyebabkan gangguan stabilitas harga kebutuhan pokok dan mempengaruhi laju inflasi nasional pada Januari. Oleh karena itu, Suhariyanto mengharapkan banjir tidak terus berlanjut dan cepat surut agar konektivitas tidak terhambat dan pasokan barang maupun jasa di wilayah Jadetabek kembali normal.
BPS mencatat inflasi pada Desember 2019 sebesar 0,34 persen karena kenaikan harga bahan makanan akibat tingginya permintaan menjelang akhir tahun. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dalam periode ini antara lain beras, telur ayam ras, bawang merah, ikan segar, bayam, kacang panjang, tomat sayur, jeruk, tomat buah, minyak goreng dan rokok kretek.
Dengan pencapaian ini, maka inflasi nasional 2019 tercatat sebesar 2,72 persen atau yang terendah dalam dua dekade terakhir, karena ketatnya pengendalian harga diatur pemerintah (administered prices).