Jumat 03 Jan 2020 13:33 WIB

Warga Cipinang Melayu Mulai Bersih-Bersih Rumah

Warga terdampak banjr membutuhkan peralatan kebersihan untuk menghilangkan lumpur.

Selain makanan, warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, yang menjadi korban banjir membutuhkan bantuan alat kebersihan (Ilustrasi pascabanjir)
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Selain makanan, warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, yang menjadi korban banjir membutuhkan bantuan alat kebersihan (Ilustrasi pascabanjir)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain makanan, warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, yang menjadi korban banjir membutuhkan bantuan alat kebersihan. Pasalnya, saat ini warga mulai sibuk menghilangkan sisa-sisa endapan lumpur yang ada di dalam rumahnya.

"Selain makanan, alat-alat kebersihan kami juga sangat membutuhkannya buat bersihin rumah," ujar salah satu korban banjir, Suparli.di posko pengungsian Universitas Borobudur, Jaktim, Jumat (3/1).

Baca Juga

Suparli mengaku rumahnya terletak di RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu terendam banjir hingga menyentuh atap. Hanya tersisa sedikit dari barang-barang berharga yang berhasil diselamatkan.

Pada Jumat pagi, dia sempat pulang untuk mengecek keadaan rumahnya. Namun karena minimnya peralatan membuat sisa-sisa lumpur sulit untuk dibersihkan.

"Tadi saya pulang pas liat banyak lumpur. Saya baru bersihin yang bisa dibersihin aja, karena sulit, peralatan terbatas," kata dia.

Senada dengan Suparli, Lurah Cipinang Melayu, Agus Sulaeman, mengatakan bahwa saat ini warga juga sangat membutuhkan peralatan kebersihan. Disinggung perihal kebutuhan primer lain seperti sandang dan pangan, ia menjamin pasokan aman. Apalagi hingga Jumat siang, bantuan dari instansi pemerintah maupun swasta terus berdatangan.

"Kebutuhan sudah tercukupi, yang sekarang ini butuh alat kebersihan untuk bersih bersih rumah dan juga karbol, pewangi dan juga pemeriksaan kesehatan untuk ke depannya," kata dia.

Total pengungsi akibat luapan Kali Sunter yang mengungsi di Universitas Borobudur mencapai 926 jiwa dengan rincian 467 laki-laki dan 259 perempuan. Di antara ratusan itu, 51 orang merupakan lansia, 114 balita dan delapan ibu hamil.

Agus juga mengimbau kepada warga kembali ke rumah masing-masing untuk mengecek kondisi rumah yang ditinggalkan. Ia khawatir ketika rumah ditinggalkan dalam keadaan listrik menyala dapat menyebabkan arus pendek.

"Diimbau untuk pulang (ke rumah) tapi posko tetap ada. Kalau ditinggalkan terus takutnya rumah arus pendek (korslet), nah, kalau hujan gede lagi. Semua sudah surut, kali juga normal, tinggal endapan sungai yang lagi dibersihkan," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement