REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Metro Jaya, Komjen Gatot Eddy Pramono meninjau lokasi banjir di wilayah Daan Mogot City, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (2/1). Gatot menyebut, aparat gabungan dari Polri dan TNI akan melakukan patroli untuk mengawasi situasi keamanan di lokasi terjadinya banjir.
"Ini kan banyak daerah banjir itu bisa dilewati dengan perahu-perahu, ini waktunya diatur Pak Kapolsek dan Pak Danrem mengatur waktu patrolinya. Sehingga masyarakat di pengungsian merasa aman dan tidak was-was barangnya diambil oleh oknum yang menggunakan kesempatan banjir ini untuk mengambil barang-barang milik warga," kata Gatot saat ditemui di lokasi.
Kita akan melakukan itu, saya kira juga masyarakat juga ikut bersama-sama dengan TNI dan Polri bersama-sama patroli itu menjaga. Di samping menjaga keamanan masyarakat yang tinggal di rumah-rumah tingkat itu yang tidak ke pengungsian. Ini untuk memastikan juga barang-barang milik mereka di rumah aman," imbuh Gatot.
Ia menambahkan, di sisi lain para warga yang terdampak banjir masih membutuhkan sejumlah bantuan. Di antaranya seperti tenda untuk pengungsian, serta logistik berupa makanan, minuman, dan air bersih.
Petugas Kepolisian mengevakuasi korban banjir di Kampung Bayur, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Rabu (1/1).
"Tadi mereka (para korban banjir) meminta tenda, nanti kita dari polda akan menambah tenda di sini, tadi juga ada yang minta selimut nanti akan kita bantu juga selimut. Nanti kita akan koordinasi dengan wali kota dan stakeholder lainnya untuk menambah apa yang dibutuhkan masyarakat," papar dia.
Sementara itu, Ketua RT 07, RW 01 Semanan, Ari Sandra Sukmawan mengungkapkan, banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, kata Ari, RT 07 menjadi wilayah paling parah dengan ketinggian banjir mencapai tiga meter.
"(Terakhir banjir yang cukup parah tahun) 2007, tapi ini lebih besar, lebih dahsyat, lebih setengah meter tingginya," ujar Ari.
Ia menuturkan, banjir itu disebabkan oleh luapan Kali Cengkareng yang berada persis di belakang permukiman warga lantaran intesitas hujan yang cukup tinggi mengguyur sejak tanggal 31 Desember 2019. Ari menyebut, ketinggian air bertambah dengan cepat dalam hitungan waktu setengah jam.
"Setengah jam (ketinggian air) bisa semeter, langsung sepinggang. Azan subuh air belum masuk, pas subuh langsung sepinggang. Makanya yang diutamakan (evakuasi) anak-anak kecil," tutur dia.
Meski demikian, sambung dia, tidak sedikit warga yang memilih untuk bertahan di rumah masing-masing. Terutama warga yang memiliki rumah dua lantai.
Menurut Ari, warga memilih bertahan dengan alasan jika banjir sudah surut dapat segera membersihkan rumahnya. Di sisi lain, warga juga takut barang-barang berharganya hilang dicuri oknum tertentu atau hanyut terbawa arus banjir.
"Oh, barang-barang banyak kalau kehilangan. Soalnya kehilangan itu kemungkinan kalau enggak hanyut, ya diambil orang," ungkap Ari.
Anggota kepolisian membantu mengevakuasi warga yang terkepung banjir (ilustrasi)
Salah satu warga yang memilih bertahan di lantai dua rumah adalah Tini. Ia mengaku enggan mengungsi karena ingin menjaga barang-barang berharga yang ada di rumahnya. "Daripada mengungsi mending di rumah, kalau sudah rendah (airnya) bisa ngamanin barang," tutur Tini sembari tertawa.
Namun, Tini menjelaskan, saat ini ia bersama sejumlah warga lainnya kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan mandi dan masak. Ia mengungkapkan, untuk mendapatkan air bersih, ia harus berjalan kaki menuju Apartemen Daan Mogot City.
"(Dapat air bersih) dari apartemen situ, gratis. Lumayan buat bersih-bersih saja, dan ini kan air PAM, bisa buat dimasak juga. Karena air (bersih) juga enggak ada," jelas perempuan berusia 38 tahun itu.