Selasa 31 Dec 2019 23:08 WIB

Pencurian Ikan di Natuna, Pengamat: Ini Perang Teknologi

Pemerintahan Indonesia diminta lebih memperketat patroli di wilayah perbatasan.

Rep: Mabruroh/ Red: Endro Yuwanto
Sebanyak enam kapal perikanan asing melakukan penangkapan ikan secara ilegal di wilayah perairan Indonesia.  Empat kapal berbendera Vietnam ditangkap di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) Laut Natuna Utara serta dua kapal Malaysia ditangkap di ZEEI Selat Malaka belum lama ini.
Foto: Dok KKP
Sebanyak enam kapal perikanan asing melakukan penangkapan ikan secara ilegal di wilayah perairan Indonesia. Empat kapal berbendera Vietnam ditangkap di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) Laut Natuna Utara serta dua kapal Malaysia ditangkap di ZEEI Selat Malaka belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal-kapal ikan asing asal Vietnam dan China kembali tertangkap di perairan Natuna, Indonesia. Pencurian ini bukan kali pertama dilakukan oleh kapal-kapal ikan asing di perairan Indonesia.

Pengamat Kelautan dan Perikanan dari Universitas Diponegoro, Denny Nugraha menilai, banyaknya pencurian ikan di wilayah perbatasan negara Indonesia merupakan perang teknologi. Kapal-kapal asing yang telah dilengakapi dengan teknologi canggih kerap kali berhasil lolos dari kejaran kapal Indonesia.

“Memang perang teknologi ini. Sebaiknya Indonesia memang memiliki kapal yang high teknologi dan punya gerakan yang sangat cepat sehingga bisa cepat mendeteksi dan langsung mengejar kapal-kapal tersebut,” ujar Denny dalam sambungan telepon, Selasa (31/12).

Selain itu, lanjut Denny, memang ini kritik bagi Pemerintahan Indonesia agar lebih memperketat patroli di wilayah perbatasan. Terutama di wilayah-wilayah strategis agar dibuat armada patroli yang lebih besar.

“Kalau membuat armada patroli di sana (Natuna) lambat laun mereka yang mau mencuri juga mikir lagi, karena di sana ada aktivitas yang besar juga, daripada ikan-ikan kami dicuri mereka,” tutur Denny.

Dengan kata lain, terang Denny, saat ini Indonesia kekurangan armada patroli. Sehingga pencuri-pencuri ikan semakin berpesta. 

“Pencuri itu ibaratnya kalau tidak ada polisi dia punya kesempatan untuk mencuri, artinya kalau ikan bisa diambil, lautnya dalam keadaan tidak terawasi,” ujar Denny. “Nah kalau kami mau komitmen mengembangkan Indonesia sebagai poros maritim, tentunya untuk beberapa hal yang sifatnya prioritas itu menjadi salah satu prioritas penganggaran termasuk penyelamatan wilayah NKRI dari pencurian.”

Indonesia, lanjut Denny, seharusnya malu karena kerap kali kecolongan dari kapal-kapal asing yang mengambil ikan di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, peristiwa seperti ini harus menjadi pembelajaran bagi Indonesia agar bisa lebih meningkatkan sarana prasarana terhadap pemantauan di wilayah laut lepas, terutama di wilayah-wilayah perbatasan yang sensitif termasuk Natuna.

"Sebetulnya kalau terjadi seperti itu kan sebenarnya Indonesia malu, artinya dari sisi apapun dilihat, sampai bisa sumberdaya kita dicuri orang, harusnya malu dong, wong kita punya kekayaan ko dicuri orang," tegas Denny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement