Senin 30 Dec 2019 06:24 WIB

PUPR: Penataan Kota Lama Semarang untuk Gerakkan Pariwisata

Kota Lama Semarang tak lagi jadi wilayah kumuh dan rawan kejahatan.

Foto udara kawasan Kota Lama setelah rampung direvitalisasi tahap I oleh Kementerian PUPR, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (26/8/2019).
Foto: Antara/Aji Styawan
Foto udara kawasan Kota Lama setelah rampung direvitalisasi tahap I oleh Kementerian PUPR, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (26/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono akan melakukan penataan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah. Penataan ini bertujuan menggerakkan pariwisata didestinasi tersebut.

"Kita akan menggerakkan pariwisata di Kota LamaSemarang ini. Dengan demikian, Semarang tidak hanya terkenal dengan lumpia atau ikan bandeng, tapi juga memiliki Kota Lama," ujar Menteri Basuki di Semarang, Jawa Tengah, Ahad (29/12).

Basuki menambahkan, wisatawan yang datang ke Semarang dengan menggunakan kapal pesiar tidak hanya ke Candi Borobudur, Magelang, tetapi juga menikmati Kota Lama. "Nanti, juga masih ada penataan tahap kedua terkait pengendalian banjirnya dengan memasang pompa," katanya.

Selain itu, Kementerian PUPR juga berencana memasang kipas angin seperti di Mekkah, Arab Saudi, di wilayah itu. Pemasangan kipas dilakukan agar wisatawan yang berkunjung ke Kota Lama tidak kepanasan dan merasa nyaman.

"Besok, Bapak Presiden Joko Widodo akan mengunjungi empat titik di Kota Lama, bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio," ujar Menteri Basuki.

Kunjungan Presiden tersebut, lanjutnya, dalam rangka mempromosikan Kota Lama Semarang.

Program Penataan Kota Lama Semarang dikerjakan Kementerian PUPR selama tiga tahun mulai 2017 sampai 2019. Kementerian PUPR telah menyelesaikan proyek penataan Kawasan Kota Lama Semarang (KKLS) tahap I untuk makin menarik wisatawan mengunjungi lokasi tersebut.

Sebelum penataan, KKLS, yang banyak terdapat bangunan bersejarah dengan arsitektur bergaya Eropa sebagai pusat perdagangan pada masa Hindia Belanda, kurang terawat, kusam. Bahkan, wilayah itu menjadi daerah rawan kejahatan, karena minim penerangan saat malam.

Setelah penataan, Kota Lama siap menyambut kunjungan wisatawan. Kondisi jalan dan pedestrian di kawasan seluas 22 hektare kini sudah rapi menggunakan paving blok dengan dilengkapi pembatas.

Kemudian, dibuat pula jaringan utilitas berupa kabel listrik, fiber optik, telepon, dan pipa PDAM di bawah tanah, jaringan drainase dan pembangunan dua kolam retensi yakni Kolam Berok dan Bubakan untuk mengurangi risiko genangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement