REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor mengeluhkan banyaknya pasien dari Kabupaten Bogor. Pasalnya, hampir 60 persen pasien di RSUD Kota Bogor merupakan warga Kabupaten Bogor.
Direktur Utama RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir meninta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dapat memperbaiki fasilitas kesehatan di daerah perbatasan Kabupaten dan Kota Bogor. Sehingga, jumlah pasien di RSUD dapat lebih ideal antara Kabupaten dan Kota Bogor.
"Jadi kalo mereka (Kabupaten) full, automatically ke sini. Jadi kebutuhan di daerah-daerah barat dari kabupaten itu semua. Tapi mudah-mudahan kita masih sanggup," kata Ilham saat ditemui Republika, Ahad (29/12).
Ilham menjelaskan, mayoritas pasien dari Kabupaten Bogor berasal dari daerah Bogor Barat seperti Kecamatan Dramaga hingga Kecamatan Jasinga. Dia menilai banyaknya pasien tersebut dikarenakan lebih mudahnya akses menuju RSUD Kota Bogor ketimbang RSUD Kabupaten Bogor terdekat, yakni RSUD Leuwiliang.
"Lalu juga mungkin full ya di RSUD Leuwiliang atau di RSUD Kabupaten lainnya," katanya.
Meskipun demikian, Ilham menuturkan tak mempermasalahkan asal atau tempat tinggal pasien. Dia mengatakan, RSUD Kota Bogor tetap memberikan pelayanan yang maksimal bagi para pasien.
"Taruhlah satu hari 1.000 pasien. 600 nya itu dari Kabupaten. Tapi kita tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua pasien," jelasnya.
Ilham menyatakan, siapapun dan dari manapun pasien tetap berhak berobat di RSUD Kota Bogor. "Cuman, dalam hal ini kemudian disikapi dengan pemerataan pembangunan di Kabupaten juga. Sehingga beban dari (pasien) kabupaten di kota itu tidak terlalu tinggi," pintanya.
Ilham menegaskan, pihaknya tidak akan membatasi pasien dari Kabupaten Bogor. Sebab, kewajiban Rumah sakit untuk melayani pasien telah diatur dalam Permenkes 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.
Ilham meminta, pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor khusunya di wilayah Bogor Barat dapat ditingkatkan. Sehingga, beban pasien di RSUD Kota Bogor yang berasal dari Kabupaten Bogor dapat berkurang.
"Menang di kita (RSUD Kota Bogor) ini sudah menjadi keinginan dari masyarakat terhadap pelayanan. Karena kita kan lengkap ya, untuk pelayanan diagnostik, pelayanan untuk spesialis kita lengkap," ujarnya.
Ke depan dia berharap, pimpinan daerah dari Kota dan Kabupaten Bogor dapat saling berkoordinasi. Dengan demikian, pelayanan di masing-masing RSUD dapat berjalan secara optimal dan proporsional.
"Saya melihat Pak Wali cukup bijak dalam hal ini, berkoordinasi dengan pimpinan wilayah dalam hal ini Kabupaten. Kita harapkan nanti membuahkan hasil," jelasnya.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengakui tidak dapat membatasi jumlah pasien di Kabupaten Bogor. Meskipun hampir 60 persen jumlah pasien berasal dari Kabupaten, Bima menilai, hal tersebut masih dalam batas kewajaran. "Lintas batas itu sesuatu yang wajar," kata Bima.
Terpenting, Bima menyatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus berupaya untuk menyediakan sarana kesehatan. Dia mengatakan, Pemkot Bogor akan mempersiapkan pembagunan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Yang perlu diantisipasi adalah memperbaiki infrastruktur kita, seperti puskesmas di perbaiki, RSUD ditambah kamarnya, itu aja.
Gak mungkin dibatasi," jelasnya.
Disinggung terkait semakin banyaknya pasien dari Kabupaten Bogor yang akan memenuhi RSUD Kota Bogor, Bima hal tersebut telah menjadi konsekuensi. Sebab, Kota dan Kabupaten merupakan wilayah perbatasan.
"Ya gak papa itu resiko di wilayah yang berbatasan," jelasnya.
Bima mengatakan, pembangunan RSUD Kota Bogor di blok 3 merupakan upaya Pemkot Bogor dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bima menyebut, pembangunan tersebut akan ditargetkan selsai pada awal tahun 2020.
Pembangunan RSUD di blok 3 memiliki tinggi empat lantai dengan jumlah kamar tidur sebanyak 264 ruang. Adapun sarana lainnya, diantaranya penanganan medis penyakit kanker, jantung, ortopedi, dan beberapa penyakit lainnya.
"RSUD akan kita kembangkan. Kan nanti juga ada tahap-tahapnya," tegasnya.