REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul, menyatakan, Gerhana Matahari Cincin (GMC) di Tanjungpinang, Kamis (26/12), akan dicatat dalam sejarah perjalanan Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Menurutnya, fenomena alam langka tersebut sebelumnya pernah terjadi di Tanjungpinang sekitar 135 tahun yang lalu
Syahrul mengatakan, peristiwa GMC pernah terjadi tepatnya pada tahun 1861. Hal ini tercatat di dalam buku karangan Raja Ahmad di Pulau Penyengat, yang berjudul ilmu falak atau ilmu astrologi.
"Alhamdulillah, kejadian serupa kini terulang lagi di Tanjungpinang," kata Syahrul saat menyaksikan gerhana matahari cincin di halaman gedung gonggong, Tanjungpinang, Kamis.
Bahkan untuk mengenang momentum gerhana matahari cincin hari ini, Syahrul mengaku akan membuat sebuah prasasti atau monumen gerhana tersebut. Prasasti atau monumen dimaksud, ujar dia sebagai pengingat bagi anak-cucu di kemudian hari, bahwa Tanjungpinang pernah dilewati gerhana matahari cincin.
"Rencananya 2020 nanti akan kita realisasikan," tambahnya.
Syahrul juga merasa terkesan, karena dari enam provinsi di Indonesia yang dilalui gerhana matahari cincin, Tanjungpinang mendapat kehormatan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pasalnya, ITB menyediakan alat berupa teleskop, teropong bintang, dan kacamata matahari bagi warga setempat yang menyaksikan peristiwa tersebut.
"Sebuah penghargaan bagi Tanjungpinang, karena ITB langsung turun ke sini untuk mengamati gerhana matahari cincin," sebutnya.
Lanjut Syahrul, momentum ini juga menjadi edukasi bagi masyarakat melalui kegiatan seminar pendidikan bagi guru SMP/SMA di Kota Tanjungpinang. Setiap fenomena alam yang telah diatur oleh Allah SWT harus selalu disyukuri.
"Maka itu hari ini kami gelar salat gerhana matahari sebagai wujud rasa syukur akan kekuasaan Allah SWT," ucapnya.