Kamis 26 Dec 2019 20:14 WIB

Miniatur Keberagaman di Hongmiaozi

Pemerintah Cina menyiapkan permukiman ini sebagai miniatur pembauran antarsuku.

Muslim Uighur sedang berdoa (ilustrasi)
Foto: BBC.com
Muslim Uighur sedang berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Irfan Junaidi dari Xinjiang, Cina

Salju terlihat tebal menyelimuti halaman kompleks apartemen di tepian Urumqi, ibukota Xinjiang. Tempat ini menjadi tinggal berbagai komunitas yang berbeda. Sekitar 3.000 orang menghuni kompleks permukiman di Distrik Hongmiaozi ini.

Pemerintah Cina menyiapkan permukiman ini sebagai miniatur pembauran antarsuku. Provinsi yang memiliki nama resmi Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur ini sekarang dihuni 56 etnis yang berbeda. Perbedaan tersebut terkadang menimbulkan gesekan dan perselisihan.

Kompleks permukiman bersubsidi di Hongmiaozi ini menjadi laboratorium pembauran antaretnis. Di sini komunitas-komunitas berinteraksi dan tinggal dalam satu area yang sama.

Baca juga:

Poros Sinergi Jakarta-Urumqi

Rajutan Harmoni yang Mendorong Ekonomi Xinjiang

Fasilitas yang disediakan terbilang lengkap. Di bagian depan kompleks terdapat ruang pengaduan. Menurut petugas pengaduan, kasus yang banyak masuk umumnya terkait kehidupan bertetangga seperti soal sampah yang berserakan, anak berantem, pipa bocor dan sejenisnya.

Selain itu juga terdapat taman kanak-kanak (TK) Sejak di TK, murid-murid diajarkan soal ideologi kenegaraan, sejarah, serta seni dan budaya. Kebanggaan akan bangsa dan negaranya pun terus ditanamkan.

Fasilitas lainnya berupa ruang penyediaan makanan tambahan untuk anak tumbuh kembang. Tepat di ruangan itu terdapat pabrik roti dan toko bunga. Kedua unit usaha ini dimodali oleh investor, tapi dikelola oleh komunitas.

Pabrik roti di kompleks tersebut tak hanya memasok kebutuhan para penghuninya. Sebagian produksinya juga dijual di supermarket. Keuntungan dari penjualan itu dinikmati oleh para penghuni kompleks yang bekerja menjadi karyawannya. Hal serupa juga berlaku ada toko bunga yang bersebelahan dengan pabrik roti.

Saat ini, di Xinjiang terdapat 900 kompleks permukiman multietnis seperti ini. Pemerintah setempat menjadikan model permukiman seperti ini untuk menjaga agar perbedaan etnis tidak mudah menjadi penyulut konflik.

Upaya untuk menyelaraskan kehidupan di wilayah tersebut terus dilakukan dengan sangat massif. Ekonomi dan kesejahteraan menjadi tujuan utamanya. Provinsi Xinjiang ini memang mendapat perhatian luas dari dunia internasional terkait isu Muslim Uighur yang menjadi bagian dari problematika keragaman.

Wakil Gubernur Xinjiang, Azken Tuniyazi menjelaskan bahwa sejarah Xinjiang ini sudah bermula sejak 60 tahun sebelum masehi. Wilayah tersebut menjadi pusat komando wilayah barat dinasti HAN.

Dengan total 56 etnis, saat ini menurut dia ada beberapa etnis yang cukup dominan seperti Uighur, Tatar, Tajik, Rusia, Mongolia, Han, dan beberapa yang lain. "Keberagaman ini juga menjadikan Xinjiang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa," tutur dia.

Azken menjelaskan bahwa keberagaman ini harus dikelola supaya menjadi kekayaan. Pihaknya mengaku ingin terus menjadikan Xinjiang sebagai provinsi yang aman dan stabil. Dengan demikian kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Xinjiang menjadi terjamin.

Dia mengakui bahwa saat ini masih banyak pihak yang memandang bahwa pemerintah Cina terlalu represif dalam menangani Muslim Uighur. Padahal, menurut dia, langkah yang dilakukan oleh pemerintah Cina adalah sesungguhnya untuk mengatasi separatisme dan terus menjaga stabilitas.

(selesai)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement