REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kalangan ulama Betawi menyambut baik penunjukkan Irjen Pol Nana Sudjana sebagai Kapolda Metro Jaya.
Selain sebagai sosok religius, Irjen Pol Nana Sudjana dipandang mempunyai pengalaman khusus dalam mengamankan ibu kota.
Irjen Pol Nana Sudjana dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya yang baru berdasarkan telegram rahasia Nomor ST/3331/XII/KEP/2019, yang dikeluarkan Kapolri Jenderal Pol Idham Azis, Jumat (20/12).
Nana menggantikan posisi Irjen Pol Gatot Eddy Pramono yang dimutasi menjadi Wakil Kepala Polisi Republik Indonesia (Wakapolri).
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahbubiyah, Jakarta, KH Manarul Hidayat, saat dihubungi wartawan Rabu (25/12), mengatakan dilihat dari rekam jejaknya, Irjen Pol Nana Sudjana bukan sosok yang asing di lingkungan Ibu Kota Jakarta. “Bahkan beliau ikut berperan dalam mengamankan ibu kota pada saat gonjang-ganjing Reformasi 1998,” ujar Mustayar PBNU ini.
Kiai Manarul mengungkapkan, saat peristiwa Reformasi 1998, Irjen Pol Nana Sudjana menjabat sebagai Kasat Intelkam Polda Metro Jaya. Sebagai perwira menengah saat itu, sosok Nana Sudjana aktif mendekati kelompok-kelompok masyarakat agar tidak disusupi kelompok-kelompok yang berniat mengacaukan ibu kota di saat suasana sedang genting.
“Dan pada saat kondisi sosial dan politik belum terlalu stabil pasca Reformasi, Pak Nana sebagai Direktur Intelkam Polda Metro Jaya relatif mampu menjaga kondisi keamanan dan ketertiban ibu kota,” katanya.
Kiai Manarul menilai orang nomor satu di Polda Metro Jaya harus mempunyai pengalaman langsung dalam menangani keamanan ibu kota.
Menurutnya pengalaman tersebut diperlukan agar dalam setiap pengambilan kebijakan keamanan, bisa diambil pendekatan dan metode yang tepat.
Bagaimanapun, kata Kiai Manarul, Jakarta ini merupakan pusat politik dan ekonomi Indonesia. Penduduknya sangat beragam, tarikan kepentingan antar kelompok juga sangat kuat. “Dengan pengalamannya Irjen Pol Nana Sudjana merupakan sosok tepat menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya,” tutur dia.