Ahad 22 Dec 2019 09:40 WIB

Kampanyekan Hidup Sehat Lewat 'Satu Puntung Sejuta Masalah'

Sampah puntung rokok akan ditunjukkan kepada pemerintah

Rep: Flori Sidebang/ Red: Esthi Maharani
Limbah puntung rokok
Foto: abc
Limbah puntung rokok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah perokok usia muda di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018 prevalensi merokok pada remaja berusia 10 sampai 18 tahun meningkat 1,9 persen dari yang semula 7,20 persen pada tahun 2013 menjadi 9,10 persen pada 2018.

"Di Indonesia perokok muda itu termasuk yang cukup tinggi. Tiap tahun jumlah perokok usia 10 sampai 18 tahun itu meningkat terus. Tahun 2018 itu 9,1 persen, hampir dua digit, padahal dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) sebenarnya tahun 2019 negara kita menargetkan 5,4 persen, dan pada 2018 malah naik menjadi 9,1 persen," kata Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari saat ditemui dalam kegiatan Kampanye Kesetiakawanan dengan tema 'Satu Puntung Sejuta Masalah' di Taman Pandang, Monas, Jakarta, Sabtu (21/12).

Lisda mengungkapkan, penyebab jumlah perokok usia muda terus meningkat adalah rokok menjadi produk yang paling dekat dengan anak-anak. Lantaran harga rokok terbilamg murah, dapat diakses di mana saja, dan diiklankan secara masif, termasuk menjadi sponsor dalam berbagai kegiatan remaja.

"Kalau alkohol kan cenderung lebih tertutup, karena (alkohol) enggak sembarang orang bisa beli. Jadi salah satu prioritas yang kita lihat adalah melindungi anak-anak dari konsumsi rokok," papar Lisda.

Lisda menyebut, melalui kegiatan 'Satu Puntung Sejuta Masalah' memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja akan gaya hidup sehat sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2019. Kegiatan itu dilakukan oleh Yayasan Lentera Anak bekerjasama dengan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), Kementerian Kesehatan dan AstraZeneca.

Kegiatan ini dihadiri oleh 100 remaja dari 30 komunitas dan organisasi remaja. Kampanye ini dimulai dengan mengumpulkan sampah puntung rokok di sekitar kawasan Monas. Pengumpulan puntung rokok itu menjadi simbol sekaligus membuka fakta bahwa masih banyaknya orang yang merokok dan permasalahan yang ditimbulkannya.

"Jadi satu orang merokok itu asapnya bisa mengenai orang-orang yang di sekitarnya, termasuk orang yang merokok, termasuk ketika dia (puntung rokok) dibuang itu juga bisa mencemari lingkungan, tanah, air, dan udara yang kita hirup bersama dan kita tinggali bersama. Ada berjuta orang yang mendapat masalah dari satu puntung rokok tadi," jelasnya.

Lisda mengatakan, kegiatan yang dilakukan juga di beberapa daerah ini menargetkan sebanyak 1 juta sampah puntung rokok. Nantinya, sampah tersebut akan ditunjukkan kepada pemerintah sebagai bukti bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar akan bahaya rokok.

"Januari kami akan tunjukkan kepada pemerintah dalam sebuah kegiatan yang saya belum bisa sebutkan sekarang, tapi ini harus disampaikan bahwa anak-anak menemukan puntung rokok di manapun mereka berada," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement