REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK – Kemenpora meresmikan Pondok Pemuda Yayasan Kyai Ageng Giri Banyumeneng, Demak, Jumat (20/12).
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI Asrorun Niam Sholeh meresmikan pemakaian pondok pemuda Yayasan Kyai Ageng Giri Banyumeneng, Demak, Jumat (20/12).
Dia mengatakan pentingnya dukungan Kemenpora dalam pengembangan kewirausahaan di kalangan pemuda dengan mengoptimalkan potensi lokal agar memiliki keunggulan.
"Gedung ini berfungsi sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan pemuda, khususnya di daerah Mranggen dan sekitarnya", ujar Niam dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Sabtu (21/12)
Fasilitas pondok pemuda yang diresmkikan Kemenpora, menurut Niam, merupakan perwujudan kehadiran negara dalam melayani masyarakat, tidak hanya masyarakat perkotaan akan tetapi juga pedesaan.
"Jangan sampai ada potensi masyarakat yang tidak berkembang dengan baik karena minimnya fasilitas, oleh sebab itu kami hadir sebagai jawaban” katanya.
Dia melihat potensi Desa Banyumeneng yang menghasilkan rebung bambu kuning sebagai bahan pokok lumpia Semarang. Menurutnya, kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendorong nilai ekonomi masyarakat khususnya pemuda dalam kegiatan pendampingan kewirausahaan dan pelatihan.
“Lumpia adalah identitas Semarang. Nah gedung ini bisa menjadi fasilitas utama mendorong kegiatan pengembangan keterampilan Pemuda dan masyarakat secara luas di daerah ini. Kami meminta Pak Camat dan Ketua Yayasan agar potensi kewirausahaan ini bisa didorong dan disinergikan, baik dengan kami maupun dengan potensi masyarakat lainnya,” ujar Ni’am.
Bersamaan dengan Pondok Pemuda sebagai pusat aktivitas kepemudaan, pemerintah melalui Kemenaker juga memberikan fasilitas Balai Latihan Kerja Komunitas. Diharapkan sinergi pemanfaatannya bisa lebih optimal dalam pemberdayaan potensi desa.
Sebelumnya, Camat Mranggen, Wiwin, mengatakan Desa Banyumeneng merupakan salah satu di antara sebelas desa di Mranggen, yang kondisi masyarakatnya masih tertinggal dibanding desa lain. Namun, potensinya luar biasa.
“Kanan kiri gedung ini bambu kuning yang jadi bahan baku lumpia, oleh-oleh khas Semarang. Ini bisa dioptimalkan", kata Wiwin.
Ketua Yayasan Kyai Ageng Giri, Nabil Munif Zuhri, menjelaskan pembangunan gedung ini diselesaikan dalam waktu lima bulan, dengan panduan juknis yang ada. “Alhamdulillah Gedung ini bisa terwujud dengan optimal. Dan ini langsung dimanfaatkan untuk pusat kegiatan pemuda dan santri", ucap Nabil.