REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendorong warganya untuk mengubah sampah plastik menjadi paving. Upaya ini dilakukan dalam rangka mengurangi sampah plastik dari rumah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Malang, Hadi Santoso menjelaskan, program paving plastik bermula dari kegiatan pembersihan saluran air. Para petugasnya acap menemukan sampah plastik di area tersebut.
"Terus kita mikir plastik di-apain, ya? Yo diolah jadi paving. Yang sudah kami display itu ada di TK Kartika," kata Hadi kepada wartawan di Balai Kota Malang.
Menurut Hadi, saat ini terdapat beberapa warga yang telah memproduksi paving plastik. Antara lain warga di Kampung Telolet dan daerah Klaseman. Warga di kedua kampung ini sebelumnya memeroleh pelatihan pembuatan paving plastik dari Dinas PUPR.
Hadi menilai, pembuatan paving plastik pada dasarnya sangat mudah. Warga dapat menemukan langkah-langkah pembuatannya di internet. Sebab, bahan yang dibutuhkan juga tidak kompleks.
Paving dapat dibuat dari sembarang jenis plastik. Lalu ditambah oli bekas yang berfungsi sebagai perekat. Kemudian ditambah material lain untuk melengkapi proses pembuatannya.
Menurut Hadi, satu paving biasanya membutuhkan dua kilogram (kg) sampah plastik. Ukuran yang dihasilkannya pun tidak berbeda dengan umumnya. Kualitas paving ini setara dengan di atas K300 atau dapat menahan beban seberat 300 kg per cm persegi.
"Jadi kalau ada sampah plastik jangan dibuang, diolah saja," jelas Hadi.
Saat ini, Pemkot Malang mengaku belum bisa mempublikasikan hasil paving plastik masyarakat. Sebab, inovasinya ini harus melalui uji laboratorium terlebih dahulu. Apalagi saat ini penggunaannya baru di TK Kartika dengan luasan 2 x 2 meter per segi.
Selain itu, Pemkot Malang juga belum menargetkan dapat menjual paving plastik ke masyarakat luas. "Kita enggak mikir jual, mengurangi sampah saja dulu. Syukur-syukur paving itu bisa jadi income-nya masyarakat nanti," ucap Hadi.