Ahad 15 Dec 2019 23:10 WIB

Sumber Makanan Menipis Penyebab Harimau Keluar Teritori

Harimau terpaksa keluar teritorinya karena makanannya diburu manusia.

Sumber Makanan Menipis Penyebab Harimau Keluar Teritori. Foto ilustrasi jejak harimau.
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sumber Makanan Menipis Penyebab Harimau Keluar Teritori. Foto ilustrasi jejak harimau.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah (BKSDA-SKW) II Lahat, Sumatra Selatan menyebut sumber makanan yang semakin menipis mengakibatkan harimau keluar teritorinya hingga mendekati permukiman warga.

Kepala BKSDA SKW II Lahat, Martialis Puspito mengatakan harimau biasanya memangsa rusa, kambing hutan, dan babi di hutan lindung. Namun, perburuan hewan tersebut secara masif membuat rantai makanan harimau terganggu.

Baca Juga

"Perburuan rusa, kambing hutan, dan babi oleh manusia menyebabkan harimau kesulitan mencari makan, dampaknya posisi harimau terdesak, kalau sudah begitu maka harimau akan keluar dari teritorinya," ujar dia, Ahad (15/12).

Ia mengatakan jatuhnya korban jiwa di Sumsel akibat serangan harimau, salah satu penyebabnya menipisnya sumber makanan satwa itu di dalam hutan lindung. "Sehingga harimau keluar jauh dari teritorinya sampai harus mendekati permukiman," katanya.

Jika terdesak, harimau yang notabane cenderung teritorial dapat menjelajah hingga 20 kilometer keluar dari teritorinya per hari demi mendapatkan mangsa. Perburuan rantai makanan harimau saat ini masih banyak terjadi di wilayah Hutan Lindung Gunung Patah di lanskap Taman Nasional Bukit Barisan yang menjadi salah satu kantong harimau.

Pada 2016, Martialis menemukan tujuh bangkai kepala kambing hutan di Gunung Dempo Kota Pagaralam karena perburuan oleh manusia.Terkait dengan hal itu, ia menyayangkan.

"Sama saja seperti babi hutan yang diburu hampir setiap pekan oleh warga, jadi yang buas sepertinya manusia," kata Martialis.

Dampaknya, saat ini harimau semakin tertekan dengan dua kondisi, yakni menipisnya makanan dan penyempitan habitat karena perambahan hutan untuk lahan perkebunan ilegal. Harimau di Sumsel berasal dari dua kantong, yakni kantong Bukit Dingin seluas 63 ribu hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang. Lalu, kantong Jambul Patah Nanti seluas 282 ribu hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim.

Ia mengimbau masyarakat menghargai keberadaan harimau dan satwa liar lainnya dengan tidak merusak habitat serta memburu satwa di hutan lindung. "Kami juga mendorong pemerintah bisa menekan para oknum perambah dan pemburu satwa liar agar harimau tetap terjaga," kata Martialis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement