REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyampaikan laporan terbaru terkait dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bagi perekonomian Indonesia. Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan mempertanyakan laporan tersebut.
"Kalau benar, dunia harus ikut peduli, tidak mudah menjaga hutan apalagi gambut di tengah cuaca kemarau yang ekstrem," ujar politikus tersebut kepada Republika, Kamis (12/12).
Ia sendiri mengaku belum mengukur seberapa besar dampak karhutla bagi perekonomian Indonesia. Namun ia mengungkapkan bahwa penanganan kebakaran hutan di Indonesia saat ini sudah jungkir balik.
"Pencegahan harus diperkuat, libatkan masyarakat adat dan desa," ucapnya.
Sebelumnya Bank Dunia menyebut total kerusakan dan kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini berjumlah setidaknya 5,2 miliar dolar AS, atau sama dengan 0,5 persen dari produk domestik bruto. Perkiraan itu didasarkan pada penilaian Bank Dunia di delapan provinsi yang terkena dampak dari Juni hingga Oktober 2019. Meskipun, analis di bank multinasional itu mengatakan kebakaran terus berlanjut hingga November.
"Kebakaran hutan dan lahan, serta kabut asap yang ditimbulkannya, menyebabkan dampak ekonomi negatif yang signifikan, diperkirakan mencapai 157 juta dolar AS kerusakan langsung terhadap aset dan 5,0 miliar dolar AS kerugian dari kegiatan ekonomi yang terpengaruh," tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut.