Kamis 12 Dec 2019 22:11 WIB

14 Kecamatan Lebak Rawan Pergerakan Tanah

Lokasi 14 kecamatan tersebut berada di perbukitan dan pegunungan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, menyebutkan, 14 kecamatan di daerah ini masuk kategori rawan pergerakan tanah atau longsoran (Ilustrasi)
Foto: Republika/Bayu Adji P
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, menyebutkan, 14 kecamatan di daerah ini masuk kategori rawan pergerakan tanah atau longsoran (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, menyebutkan, 14 kecamatan di daerah ini masuk kategori rawan pergerakan tanah atau longsoran. Hal ini disebabkan topografinya perbukitan dan pegunungan.

"Jika curah hujan tinggi cukup berpotensi terjadi pergerakan tanah dan longsor," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Kaprawi, di Lebak, Kamis (12/12).

Baca Juga

BPBD Lebak kini meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam sehubungan curah hujan cenderung meningkat, bahkan curah hujan sudah merata di 28 kecamatan. Kewaspadaan itu, kata dia, dikhawatirkan terjadi potensi pergerakan tanah dan longsoran.

Sebab, masyarakat Lebak yang tinggal di daerah rawan bencana alam mencapai ribuan kepala keluarga. Mereka tinggal di sekitar perbukitan dan pegunungan dan rawan terjadi pergerakan tanah dan longsor jika curah hujan tinggi,katanya.

Menurut dia, BPBD Lebak memetakan sebanyak 14 kecamatan masuk kategori rawan longsor dan tanah bergerak meliputi, Kecamatan Banjarsari, Muncang, Leuwidamar, Bayah, Cipanas, Gunungkencana, Lebakgedong, Cimarga, Sobang, Cibeber, Cilograng, Pangarangan, Cihara, dan Cigemblong. Dari 14 kecamatan itu,mereka kebanyakan masyarakat yang berada di kaki gunung Halimun Salak.

"Kami menyampaikan kepada aparat kecamatan, desa dan relawan bila hujan terus menerus maka sebaiknya warga mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk mengurangi risiko kebencanaan," jelas Kaprawi.

Ia juga mengatakan, pihaknya juga berkoordinasi penanganan kebencanaan dengan melibatkan TNI, Polri, PMI, Dinkes, DPUPR, PLN, relawan, Tagana dan lainnya. Selama ini, kata dia, dengan koordinasi itu dapat menangani pascabencana untuk mempercepat pemulihan infrastruktur jika terjadi tanah bergerak atau longsor.

Ia juga sudah mempersiapkan peralatan evakuasi seperti, pakaian pelampung, perahu karet, logistik, obat-obatan, gergaji mesin, tenda, dan dapur umum, ambulans dan angkutan operasional roda empat serta motor.

"Kami siaga selama 24 jam menghadapi cuaca buruk itu untuk melayani masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana," kata Kaprawi.

Sementara itu, Ketua RT 01/ RW 01 Kampung Cikuning Jampang Desa Sudamanik Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak Ubay mengatakan masyarakat di sini siaga menghadapi curah hujan tinggi karena masuk daerah langganan pergerakan tanah. Bahkan, pergerakan tanah tahun 2018 mengakibatkan sekitar 115 rumah kondisinya rusak yang dihuni 200 kepala keluarga (KK) dengan 495 jiwa.

Dari 115 unit rumah yang rusak itu di antaranya 36 unit rumah terpaksa dirobohkan karena khawatir menimbulkan korban jiwa. "Kami semua warga di sini jika hujan tinggi mengungsi ke tempat yang lebih aman," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement