Jumat 13 Dec 2019 00:42 WIB

180 Guru SD di Depok Ikuti Workshop Pendidikan Inklusi

Guru diajak memahami proses pembelajaran dan mengoptimalisasi kinerja otak siswa.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Gita Amanda
Guru-guru sekolah di Depok mengikuti Workshop Inovasi Pendidikan (WIP) Inklusif. Guru mengajar (ilustrasi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Guru-guru sekolah di Depok mengikuti Workshop Inovasi Pendidikan (WIP) Inklusif. Guru mengajar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sebanyak 180 guru Sekolah Dasar (SD) negeri dan swasta di Kota Depok mengikuti Workshop Inovasi Pendidikan (WIP) Inklusif. Kegiatan ini diinisiasi SDN Depok Baru 8, Pancoran Mas dan Lembaga Pelatihan Smart Cendekia.

"Kami mengajak para guru memahami proses pembelajaran dan mengoptimalisasi kinerja otak siswa, khususnya terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)," ujar Ketua Penyelenggara WIP, Sulistyowati Triasih di Balai Kota Depok, Kamis (12/12) lalu.

Baca Juga

Menurut Sulistyowati, SDN Depok Baru 8, merupakan salah satu sekolah inklusi di Kota Depok. Melalui kegiatan ini, pihaknya ingin menyamakan persepsi tentang adanya perbedaan karakteristik pembelajaran terhadap peserta didik, baik yang reguler maupun ABK.

"Dengan memahami kondisi setiap siswa, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Termasuk meningkatkan mutu tenaga pendidik dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)," jelasnya.

Dia mengutarakan, workshop ini menghadirkan berbagai narasumber yang pakar baik di bidang pendidikan maupun neurologi. Seperti Pakar Neuro Parenting Amir Zuhdi yang membahas tentang optimalisasi kinerja otak, serta Pembicara Bidang Pendidikan Tingkat Nasional Muhammad Fajri yang membahas mengenai penerapan logika matematika dalam berpikir pada siswa.

Selain itu juga menghadirkan Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Kota Depok yang membahas tentang Sekolah Ramah Anak (SRA).

"Materi ini dinilai penting untuk disampaikan, karena SRA tidak hanya berbicara mengenai fasilitas, namun juga tenaga pendidik yang mampu memahami karakteristik anak didik," terangnya.

Diharapkan dengan kegiatan ini, pemahaman guru terkait konsep dasar pengajaran lebih komprehensif. "Selain itu, mudah-mudahan dengan berbagai materi ini, keterampilan guru dalam mengajar dapat terus ditingkatkan," harap Sulistyowati.

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok telah menunjuk 130 sekolah untuk menerima ABK. Hal itu diterapkan berdasarkan Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif.

"Dari 130 sekolah, untuk siswa ABK jenjang SD yakni ada 11 SD negeri dan 79 SD swasta. Untuk siswa ABK jenjang SMP, ada tiga SMP negeri dan 37 SMP swasta," ungkap Kepala Disdik Kota Depok, Mohammad Thamrin.

Menurut Thamrin, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pihaknya juga sudah mengadakan kerja sama dengan lembaga psikolog, guna membantu terapi siswa ABK. "Kami juga akan membantu pihak sekolah menyediakan tenaga pengajar khusus dan psikolog," terangnya.

Penerimaan siswa ABK di sekolah umum bertujuan untuk menyatukan siswa umum dengan siswa ABK dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sistem belajar pada sekolah tidak jauh berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya.

"Namun, untuk siswa ABK ada kurikulum tambahan dan tambahan pengajar khusus. Ada pembelajaran adaptif, penilaian hasil belajar yang disesuaikan, pengadaan atau pengangkatan Guru Pendamping Khusus (GPK), dan adanya pelaksanaan bantuan tenaga pengajar professional yakni tenaga psikolog," paparnya.

Dia menambahkan, ada tiga hal yang difokuskan pihaknya dalam pengembangan pendidikan inklusif. Pertama, memberikan pelayanan yakni memberikan pengetahuan pada tenaga pendidik mengenai ABK. Kemudian membuat peta terhadap ABK untuk menggali bakat dan potensi ABK. Kedua, memberikan bimbingan dan penanganan.

"Kami telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Inklusi yang membawahi 130 sekolah tersebut. Pokja ini yang melakukan pembinaan dengan melakukan pertemuan regular untuk membahas dan melakukan evluasi. Misalnya tentang program kerja, pembinaan dan tindak lanjutnya. Pokja ini juga memberikan bantuan pada ABK ketika hendak menempuh ujian," jelas Thamrin.

Thamrin mengatakan, pihaknya, juga akan melakukan pengembangan potensi dan kompetisi yang bertujuan agar ABK bisa berkembang sesuai bakatnya. Setelah dilakukan pemetaan terhadap ABK, tentunya akan terlihat bakat dan minat anak. Dari situlah, pokja inklusi meyalurkan dan mengembangkan bakat ABK.

"Intinya tidak menjauhkan siswa ABK dengan siswa umumnya, karena mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Tugas kami untuk membantu mereka dan memberikan pemahaman pada siswa umumnya agar mereka tidak menjauhi siswa ABK," tuturnya.

Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna mengatakan, perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terhadap ABK bukan hanya ditunjukkan dengan memberikan kesempatan untuk sekolah di sekolah umum. Namun juga dengan memberikan alokasi dana khusus untuk pengembangan pendidikan inklusi di Depok.

"Tahun ini ada sejumlah sekolah yang mendapat bantuan khusus untuk pengembangan pendidikan inklusif. Bantuan dana khusus untuk penyediaan tanaga pengajar khusus, sarana dan prasarana lain seperti ruang khusus untuk konseling ABK dan alat penunjang lainnya," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement