REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aparat kepolisian dari Polsek Gamping masih melakukan penyelidikan terhadap dua peristiwa, yakni pelemparan bom molotov dan perusakan rumah yang menimpa warga Dusun Pasekan, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Dua peristiwa tersebut terjadi hampir bersamaan pada Rabu dinihari (11/12).
Kapolsek Gamping Kompol Sudaryo mengatakan belum mengetahui apakah dua kejadian itu saling berkaitan atau tidak.
"Namun, untuk saat ini kami fokus mengejar pelaku pelemparan bom molotov," katanya.
Menurut dia, saat olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan botol bersumbu yang diduga molotov.
"Botol tersebut sudah diamankan beserta gorden berwarna hijau yang sempat terbakar," katanya.
Ia mengatakan, kejadian pelemparan molotov ini bukan kali pertama terjadi di wilayah Kecamatan Gamping. Sekitar satu bulan yang lalu, pihaknya juga menangani kasus yang sama.
"Hanya kalau yang dulu itu dilempar pas kena tembok," katanya.
Sudaryo mengatakan, pelaku pelemparan molotov saat itu sempat terekam kamera CCTV. Hanya saja para pelaku mengenakan penutup wajah sehingga sulit dikenali.
"Kejadian tersebut juga terjadi di Desa Balecatur. Sulit mengidentifikasi karena memakai penutup wajah," katanya.
Rumah milik Ngadilah warga di Dusun Pasekan, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kerusakan dan nyaris terbakar akibat dilempar molotov pada Rabu dinihari.
"Pelemparan molotov terjadi sekitar 03.00 WIB. Pukul 02.00 WIB saya bangun untuk memasak air," kata Ngadilah.
Menurut dia, sekitar pukul 03.00 WIB, setelah selesai masak air, dirinya mendengar suara orang mengetuk pintu.
"Dari depan terdengar ada yang ngetuk pintu. Terus saya tanya 'siapa ya?', tetapi tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba langsung kaca jendela dipecah dan langsung api menjilat gorden dan sama kursi. Ada pecahan botol, sepertinya dilempar," katanya.
Ia mengatakan, melihat api menjalar cukup cepat, dirinya panik dan tidak berani keluar rumah langsung dari pintu depan.
"Saya memutar ke luar rumah melalui pintu belakang. Samar-samar dalam keadaan gelap, saya melihat dua orang mengendarai motor matic berlalu pergi," katanya.
Ngadilah mengatakan, melihat api yang semakin membesar sejumlah tetangga berdatangan dan ikut membantu memadamkan api.
"Ada pecahan botol kaca warna bening," katanya.
Selain rumah Ngadilah, sebuah warung makan Padang yang terletak sekitar 300 meter dari rumah Ngadilah juga dirusak orang tak dikenal. Etalase warung yang terbuat dari kaca diketahui pecah, namun tidak ditemukan adanya pecahan botol yang diduga molotov.
Pemilik warung Padang, Robby Algedra (33 tahun) mengatakan kejadian pecah kaca itu terjadi Rabu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kejadiannya hampir bersamaan dengan pelemparan molotov di rumah Ngadilah.
Robby mengatakan saat kejadian dirinya sedang tidak berada di warung karena saat itu warungnya sudah tutup.
"Saya mendapat informasi kejadian tersebut dari tetangga sebelah warung saat hendak membuka warung pukul 08.00 WIB," katanya.
Menurut dia, kejadian pukul 03.00 WIB, dan yang mendengar tetangga warung.
"Saat keluar kaca warung sudah pecah. Setelah kejadian ada yang melihat orang naik Honda Scoopy warna coklat melaju kencang ke arah timur," katanya.