Rabu 11 Dec 2019 00:33 WIB

Daur Ulang Sampah Botol Plastik di Bandung Selatan

Botol-botol plastik Danone-Aqua memiliki unsur daur ulang sebesar 25 persen.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andri Saubani
Proses daur ulang sampah botol plastik  jenis PET dilakukan di tempat pengolahan di Roy Pet di Cimahi dan di PT Namasindoplas, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (10/12). Dua perusahaan tersebut menyuplai botol kepada Danone AQUA.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Proses daur ulang sampah botol plastik jenis PET dilakukan di tempat pengolahan di Roy Pet di Cimahi dan di PT Namasindoplas, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (10/12). Dua perusahaan tersebut menyuplai botol kepada Danone AQUA.

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Persoalan sampah botol plastik di Indonesia yang belum tertangani dengan baik mendorong Danone-Aqua melakukan daur ulang botol plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) atau yang digunakan untuk tempat minum. Mereka bekerja sama salah satunya dengan unit pengolahan sampah di Roy Pet, Jalan Kerkof, Kota Cimahi.

Selain itu, kerja sama dilakukan juga dengan PT Namasindoplas di Kabupaten Bandung Barat. Mereka mengolah kembali cacahan botol plastik dari Roy Pet untuk selanjutnya dibuat kembali botol plastik hasil daur ulang. Botol-botol plastik Danone-Aqua memiliki unsur daur ulang sebesar 25 persen.

Di lokasi pengolahan sampah Roy Pet, terdapat ribuan botol plastik yang masih berbentuk utuh atau pun yang sudah dipipihkan. Para pegawai memilah botol-botol yang akan didaur ulang untuk botol minuman. Syaratnya, botol yang akan dicacah harus berwarna natural atau bening dan biru muda serta tidak terdapat label.

"Untuk botolnya ada kriteria yang bisa diproses yaitu bening dan biru muda serta tidak terkontaminasi apapun. Kalau sudah tercampur bahan kimia atau oli tidak bisa diproses," ujar Jasmine, Owner Roy Pet saat ditemui dilokasi, Selasa (10/12).

Menurutnya, sampah botol plastik yang ada berasal dari 10 bandar besar dan 40 lapak pengepul tersebar di Jawa Barat. Mereka memperoleh botol plastik tersebut dari 20 ribu pemulung yang berjejaring dengan perusahaan yang berdiri sejak 2000 dan pada 2009 bekerja sama dengan PT Namasindoplas.

Proses pengolahan sampah di Roy Pet, ia mengungkapkan dimulai dengan memasukan sampah botol plastik yang sudah disortir ke mesin pencacah. Kemudian dilanjutkan dengan mencuci hasil cacahan (flakes) tersebut dengan air bersih.

Jasmine mengatakan pihaknya melakukan pengeringan dan kembali menyortir hasil cacahan tersebut untuk mengurangi kontaminasi. Selanjutnya, produk yang sudah dibersihkan dikemas dan dikirim ke PT Namasindoplas di Bandung Barat.

Dari 11 ton botol yang diproses tiap hari, menurutnya total yang menjadi produk cacahan sekitar 10 ton atau menyusut 1 ton. Dalam satu bulan, katanya bisa mengolah 300 ton.

Ia mengatakan, jumlah pekerja yang melakukan pengolahan sampah botol plastik mencapai 155 orang. Menurutnya, pekerja yang didominasi perempuan sengaja banyak karena proses sortir dilakukan secara ketat.

Jasmine menambahkan, botol-botol yang tidak diproses karena tidak layak digunakan dijual kembali ke perusahaan-perusahaan yang memerlukan. Menurutnya, botol-botol tersebut didaur ulang untuk keperluan industri seperti tekstil.

Yanto Widodo, President Director, PT Namasindoplas menambahkan pihaknya kembali mencuci (washing) flakes botol plastik yang sudah ada dengan proses pengawasan yang ketat. Menurutnya beberapa tahapan dilakukan seperti memisahkan logam sebelum dibuat menjadi pellet, ssp dan preform yang aman (food grade).

Ia mengatakan, pabriknya dalam sehari nisa memproduksi 3 juta preform botol plastik untuk Danone-Aqua. Menurutnya, pembuatan botol dari daur ulang (rPET) ini membutuhkan biaya produksi yang lebih mahal.

Yanto menambahkan, edukasi kepada masyarakat terhadap penggunaan  botol plastik hasil daur ulang relatif masih rendah. Hal tersebut katanya berbeda kondisinya di luar negeri.

"Di luar negeri, produk dari daur ulang sampah diperlihatkan. Kalau di kita enggak ada, apalagi khawatir (menyangkut) sampah," ungkapnya.

Menurutnya, perusahaan yang sudah bergerak 12 tahun di bidang daur ulang botol plastik jenis PET ini masih kesulitan mengembangkan pengolahan daur ulang PET. Sebab, selain tidak ada regulasi yang mendukung pekerjaan yang dilakukan serta tidak adanya perhatian.

"Tidak ada regulasi pemerintah, karena kita beli sampah tapi enggak dihargai. Kita jual ke Aqua ditagih PPN 10 persen. Belum ada insentif," katanya.

Ratih Anggraeni, Senior Sustainable Packaging Manager, Danone Indonesia mengatakan daur ulang sampah botol plastik dilakukan dengan memenuhi standar yang ditetapkan oleh BPOM, SNI dan menyangkut kehalalan. Selain itu, menurutnya dari sisi keamanan memenuhi standar minimum.

Menurutnya, program daur ulang kemasan sendiri telah dilakukan sejak tahun 1983. Aqua katanya berinovasi dengan melakukan daur ulang galon. Kemudian program selanjutnya pada 1993 silam mempelopori Aqua peduli. 

"Sampai 50 persen dulu bahan daur ulangnya (kita harapkan)," katanya

Salah seorang pekerja asal Cimahi, Wiwin mengaku sudah bekerja di pusat pengolahan sampah botol plastik di Roy Pet dua tahun. Menurutnya, pekerjaan yang dilakoninya adalah menyortir botol plastik antara yang bersih dan yang terkontaminasi. Dalam sehari, ia mengaku bisa memilah tiga karung berisi botol plastik dengan berat total sekitar 1 kuintal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement