Senin 09 Dec 2019 23:45 WIB

3,1 Ha Disiapkan untuk Sentra Kerajinan Rotan di Pekanbaru

Pekanbaru kini kekurangan tenaga terampil di bidang industri rotan.

Seorang perajin memproduksi kerajinan berbahan rotan di Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/11/2019).
Foto: FAUZAN/ANTARA FOTO
Seorang perajin memproduksi kerajinan berbahan rotan di Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pemerintah Kota Pekanbaru mencadangkan lahan seluas 3,1 hektare untuk membangun sentra kerajinan rotan. Lahan ini disiapkan di areal Rusunawa di Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir itu.

"Pada 2016 kita sudah mengajukan rencana pembangunan sentra kerajinan rotan itu ke kementerian tetapi belum bisa direalisasikan karena keterbatasan anggaran, dan diharapkan usulan yang sama bisa dilaksanakan pada 2021," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, Ali Imran, Senin (9/12).

Baca Juga

Menurut dia, jika pembangunan gedung sentra kerajinan rotan itu bakal dikerjakan tahun 2021 maka kebutuhan anggaran tentunya akan lebih besar lagi terkait harga material yang terus meningkat. Pada tahun 2016 pernah diajukan sebesar Rp300 juta.

Sedangkan sentra kerajinan rotan itu, katanya menyebutkan berada di depan bangunan rusunawa yang pernah dipakai sebagai penginapan atlet PON XVIII tahun 2012. "Oleh karena itu perlu diwacanakan lagi bahwa rusunawa itu bisa dimanfaatkan menjadi kontrakan para perajin dengan harga terjangkau," katanya.

Desain rencana pembangunan gedung sentra produksi kerajinan rotan itu dilengkapi dengan galeri, toko untuk perajin, dan rumah produksi demi memenuhi kebutuhan perajin.

Menurut Sugianto, pemilik UMKM kerajinan rotan Elsindo di Jalan Yos Sudarso, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, keberadaan tempat pelatihan itu cukup penting. Sebab, di Pekanbaru kekurangan orang atau tenaga kerja yang trampil menganyam rotan. Karena sulitnya mendapatkan tenaga kerja UMKM daerah ini, maka UMKM kerajinan rotan cenderung membeli produk jadi ke Pulau Jawa. Dampaknya harganya tentu menjadi mahal.

"Padahal memang dengan banyaknya tenaga kerja, produksi menjadi lebih murah, namun ketersediaan SDM perajin itu masih langka di daerah ini," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement