Senin 09 Dec 2019 17:26 WIB

Malang Antisipasi Stok dan Harga Pangan Jelang Akhir Tahun

Kota Malang mengalami inflasi sekitar 0,01 persen per November 2019.

Rep: wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Hafil
Antrean warga membeli sembako murah jelang natal dan tahun baru (Ilustrasi).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Antrean warga membeli sembako murah jelang natal dan tahun baru (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan melakukan antisipasi ketersediaan stok dan kenaikan harga pangan menjelang akhir tahun. Upaya ini diperlukan mengingat dalam waktu dekat akan terlaksana Perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2020.

Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Kota Malang, Wahyu Setianto menjelaskan, pemerintah telah memiliki tim pemantauan harga dalam mengantisipasi ketersediaan stok dan kenaikan harga pangan. Berdasarkan laporan sementara, harga pangan diklaim relatif masih stabil. "Dan stok masih banyak. Jadi kami kemarin sudah cek di Pasar Induk Gadang, itu yang pedagang besar stoknya masih aman," ungkap Wahyu saat ditemui wartawan di Balai Kota Malang, Senin (9/12).

Baca Juga

Tim pemantauan harga sebelumnya juga telah melakukan komunikasi dengan sejumlah perusahaan pada pekan lalu. Perusahaan-perusahaan yang dimaksud, yakni Pertamina dan Bulog Malang. Kedua perusahaan tersebut mengklaim ketersediaan BBM, beras, minyak dan gula dipastikan aman.

Wahyu tidak menampik, terdapat kenaikan harga ayam potong beberapa waktu lalu di Kota Malang. Harga yang seharusnya Rp 32 ribu berubah menjadi Rp 34 ribu per kilogram. Saat ini kenaikan tersebut sudah berhasil diantisipasi dengan penurunan harga sekitar Rp 33 ribu per kilogram.

Menurut Wahyu, kenaikan harga ayam potong bukan karena ketidaktersediaan stok di lapangan. Namun lebih terkendala pada masalah transportasi dan cuaca. "Ya karena hujan, terus juga ada beberapa masalah seperti banjir, karena cuaca. Kalau secara umum, stok aman," ucap Wahyu.

Meski dipastikan aman, Wahyu menilai, terdapat beberapa harga komoditi yang berpotensi naik. Namun ia meyakini, kenaikannya tidak akan mencapai 50 persen. Harga komoditi-komoditi yang berpotensi naik pun diprediksi hanya telor, tepung dan ayam.

"Karena hari besar keagamaan ya, jadi biasanya itu. Yang lainnya masih aman," kata dia menegaskan.

Pemkot Malang akan menurunkan tim satgas pantau dalam mengantisipasi kenaikan harga menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2020. Tim akan keliling dan melakukan pengecekan harga dan stok pangan di sejumlah pasar.

"Jangan sampai ada penimbunan-penimbunan. Tapi alhamdulillah selama ini enggak ada sih. Antisipasi saja," ucapnya.

Wali Kota Malang, Sutiaji meyakini harga pangan di wilayahnya tidak akan naik secara signifikan. Sebab, inflasi Kota Malang pada November lalu terendah di Jawa Timur (Jatim). Menurut Sutiaji, ini menjadi prestasi mengingat Kota Malang bukan pemasok pangan.

"Jadi artinya koordinasinya selama ini bagaimana pasokan kita ini masih tetap bagus, sehingga tidak ada permainan harga di pasar," jelas Sutiaji.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Malang mengalami inflasi sekitar 0,01 persen per November 2019. Capaian ini merupakan terendah dibandingkan kota/kabupaten lainnya di Jatim. Bahkan, terendah dibandingkan November pada tiga tahun terakhir di Kota Malang.

Harga ayam ras, kontrak rumah dan telor menjadi tiga komoditi teratas sebagai penyumbang inflasi di Kota Malang. Daging ayam ras mengalami kenaikan harga sebesar 5,71 persen dengan andil 0,0715 persen. Sementara biaya kontrak rumah meningkat sebesar 0,80 persen.

"Tapi kita termasuk tertolong dengan penurunan ini karena harga tiket pesawat," katanya.

Pada data BPS menyebutkan, tiket angkutan udara mengalami penurunan harga sebesar 3,38 persen. Penurunan ini turut andil menghambat inflasi di Kota Malang sekitar -0,0861 persen. Berikutnya, penurunan harga juga terjadi di cabe rawit dengan kisaran 17,47 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement