Ahad 08 Dec 2019 12:36 WIB

Hamied Wijaya: Semangat Ibadah dalam Dunia Kerja

Kinerja para pegawai adalah satu faktor kunci di balik pertumbuhan perusahaan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Maman Sudiaman
Direktur Sumber Daya Manusia Pelindo 1 M Hamied Wijaya saat di Wawancarai Republika, Selasa ( 26/11).
Foto:

Apa saja rencana Anda selanjutnya di lingkungan perusahaan?

Saya harap, semoga perusahaan ini kian menjadi lebih baik. Sistem yang saya bangun ini sebenarnya merupakan bagian dari upaya untuk melakukan perubahan di lingkup SDM PT Pelindo I. Misalnya, di masa lalu banyak pegawai yang bermain, menghabiskan waktu percuma. Dengan adanya sosialisasi terus menerus, mereka pun memahami budaya kerja yang baru. Sejauh ini, sesuai data yang ada, jumlah pelanggaran disiplin berkurang jauh.

Ada ketentuaan, misalnya, terlambat lebih dari satu jam akumulasi dalam satu bulan, maka gaji yang diterima akan berkurang. Meski beberapa di antara mereka menjalani dengan terpaksa, yang penting sistem ini diikuti dan aturan dijalankan.

Saya menulis disertasi yang diajukan di Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti tahun ini. Judulnya, “Dampak Kebijakan Manajemen Kinerja Elektronik terhadap Kinerja PT Pelabuhan Indonesia I (Persero).” Memang, berdasarkan disertasi saya, tidak ada hubungan peningkatan kinerja pegawai dengan sistem yang kita bangun ini. Sistem yang ingin agar pegawai tak hanya disiplin bekerja, tetapi juga semangat beribadah. Sebab, ada pegawai yang mungkin terpaksa atau mungkin sukarela menjalaninya. Masalah hati kan bukan urusan manusia.

photo
Direktur Sumber Daya Manusia Pelindo 1 M Hamied Wijaya

Rencana ke depan, seandainya bisa, saya ingin pegawai Muslim di sini diwajibkan gajinya dipotong 2,5 persen untuk zakat penghasilan. Sebab, hingga saat ini baru 50 persen pegawai yang secara sukarela memotong gajinya untuk berzakat.

Padahal,  dengan dana zakat tersebut, banyak program sosial yang dapat dilakukan. Selama ini, beberapa program masih kurang pendanaan. Selain itu, soal kurban. Saya yakin, pegawai Pelindo I sudah banyak yang mampu untuk berkurban. Memang, jika langsung mengeluarkan uang senilai satu hewan kurban pada saat perayaan nilainya terasa berat.

Namun, ini akan lebih ringan jika mereka menyisihkan dana tiap bulan selama satu tahun. Katakanlah, Rp 300 ribu. Itu tidak terlalu berat. Mereka bebas ingin berkurban di manapun, tetapi rutin mereka menyisihkan uang untuk berkurban.

Tidak hanya imbauan. Saya sudah menjalankan ini sejak lama. Setiap bulan, saya menyisihkan dana kurban. Saya biasanya berkurban sapi. Saya sisihkan sejumlah harga satu ekor sapi. Tidak hanya di kantor, tetapi juga kampung halaman saya.

Intinya, saya harus memberi contoh terlebih dahulu jika ingin pegawai saya mengikuti. Saya juga memberikan pengarahan untuk beramal tidak hanya pegawai saya yang Muslim. Sebab, semua agama pasti mengajarkan umatnya agar berbuat baik melalui amal. Saya meyakini, jika amal semakin banyak, perbuatan baik juga semakin banyak, maka akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement